Mengenal 3 Spesies Orangutan di Nusantara

2300
Orangutan
Seekor orangutan dan anaknya. (Foto: Yayasan Gibbon Indonesia)

1001indonesia.net – Indonesia menjadi rumah bagi sekitar 60.000 individu orangutan di habitat seluas sekitar 15 juta hektare. Ada tiga jenis orangutan di Indonesia, yaitu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan sumatera (Pongo abeli), dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis).

Ketiga jenis orangutan di Indonesia telah dikategorikan oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai spesies dalam status kritis (critically endangered). Kerusakan habitat akibat pembukaan lahan, konflik antara satwa dan manusia, perburuan dan perdagangan secara ilegal, hingga bencana alam mengancam kelestarian habitat dan populasi orangutan.

Padahal orangutan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Orangutan membantu penyebaran benih buah-buahan dan tumbuhan.

Orangutan adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat. Orangutan memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.

Orangutan merupakan satu-satunya kera besar kerabat dekat manusia yang habitatnya berada di luar Afrika. Tiga jenis kera besar lain yang tersisa di bumi, yakni gorila, simpanse, dan bonobos, hanya ditemui di Afrika.

Saat ini, primata asli Nusantara ini hanya bisa ditemui di hutan Kalimantan dan Sumatera. Sementara di pulau Jawa hanya ditemukan fosilnya saja. Dengan kata lain, orangutan jawa telah mengalami kepunahan.

Berikut ketiga jenis orangutan yang ada di Indonesia:

Orangutan kalimantan

Orangutan kalimantan adalah spesies asli Pulau Kalimantan. Primata ini memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar. Di penangkaran, orangutan kalimantan dapat hidup hingga usia 60 tahun.

Ada tiga subspesies orangutan kalimantan, yaitu pongo pygmaeus pygmaeus yang tinggal di barat laut Kalimantan, pongo pygmaeus wurmbii yang hidup di Kalimantan Tengah, dan terakhir pongo pygmaeus mario yang hidup di timur laut Kalimantan.

Di masa kini, orangutan kalimantan hidup dalam situasi yang rentan. Perluasan lahan yang mengakibatkan semakin berkurangnya hutan menyebabkan terancamnya habitat orang utan Kalimantan. Tercatat selama 20 tahun terakhir habitat orangutan kalimantan berkurang hingga 55%.

Selain itu, kebakaran hutan, perburuan, dan juga perdagangan orangutan untuk menjadi satwa peliharaan mengakibatkan terancamnya hidup mereka.

Orangutan sumatera

Hingga akhir abad ke-19, orangutan masih bertahan dengan menyandang satu nama ilmiah, yaitu Pongo pygmaeus. Namun sejak 1980-an, para peneliti telah melihat adanya perbedaan antara orangutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Keduanya kemudian dianggap sebagai spesies yang berbeda.

Dipisahkan secara geografis setidaknya selama 8.000–10.000 tahun karena permukaan laut meningkat membuat orangutan yang berada di Kalimantan dan Sumatera memiliki morfologi dan perilaku yang berbeda.

Sejak itu, para ilmuwan sepakat untuk memberi nama orangutan yang hidup di Pulau Sumatera sebagai Pongo abelii, sedangkan orangutan yang hidup di Pulau Kalimantan sebagai Pongo pygmaeus.

Orangutan sumatera memiliki tubuh yang lebih kecil daripada kerabat mereka yang ada di Kalimantan. Tinggi pejantannya sekitar 4,6 kaki dan berat 200 pon. Hewan betina berukuran lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.

Untuk kelangsungan hidupnya, orangutan sumatera memakan buah-buahan, seperti nangka dan buah ara, dan juga serangga. Selain itu, mereka juga mengonsumsi telur burung dan vertebrata kecil.

Orangutan sumatera bersifat lebih arboreal (tinggal di pepohonan) dibandingkan orangutan kalimantan. Bisa jadi ini adalah hasil adaptasi bertahun-tahun lamanya yang disebabkan oleh ancaman harimau di Sumatera.

Perbedaan lainnya adalah jenis sumatera tampak lebih sosial dibandingkan dengan jenis kalimantan. Mereka biasa hidup di dalam kelompok.

Populasi jenis sumatera menipis tidak hanya karena semakin berkurangnya habitat hidup mereka, melainkan juga karena interval kelahiran yang panjang yang bisa mencapai 9,3 tahun. Ini menyebabkan populasi mereka sulit berkembang.

Orangutan sumatera bersifat endemik atau menetap di satu tempat. Mereka biasa dijumpai di hutan-hutan di daerah Aceh dan di hutan sekitar danau Toba, tepatnya di daerah Bukit Lawang dan Taman Nasional Gunung Leuser.

Orangutan tapanuli

Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) merupakan spesies yang baru ditemukan di abad ke-21 ini. Keberadaan orangutan tapanuli di Ekosistem Batang Toru di daratan tinggi Tapanuli, Sumatra Utara, sebenarnya sudah diketahui sejak akhir 1990-an.  Namun, awalnya orangutan di Ekosistem Batang Toru ini hanya dianggap sebagai bagian dari spesies orangutan Sumatra.

Di balik kebanggaan atas penemuan spesies orangutan baru ini, ada keprihatinan mengenai aspek kelestariannya. Jumlahnya yang hanya tersisa sekitar 800 ekor saja membuat orangutan tapanuli menjadi spesies orangutan terlangka di dunia.

Baca juga: Tarsius, Primata Mungil dari Sulawesi yang Terancam Punah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

10 + sixteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.