Wayang Krucil atau Wayang Klithik

7797
Wayang Krucil
Seorang dalang memainkan wayang krucil. (Foto: ngalam.co)

1001indonesia.net – Wayang krucil atau wayang klithik adalah pertunjukan boneka datar dua dimensi yang terbuat dari kayu yang diukir dan diberi warna. Hanya lengannya yang terbuat dari kulit yang dapat digerakkan. Sering kali kepala terlihat lebih bulat.

Awalnya wayang krucil terbuat dari kulit seperti wayang kulit, hanya bentuknya lebih kecil sehingga disebut krucil. Baru pada perkembangan selanjutnya, bahan yang digunakan adalah kayu sehingga dinamai wayang klithik.

Bahan kayu yang digunakan adalah kayu pule atau mentaos. Jenis kayu ini memiliki serat kayu yang halus yang sangat cocok untuk dijadikan wayang. Sayang, saat ini kayu ini semakin susah didapat.

Dari Serat Sastramiruda, kita bisa mengetahui bahwa wayang krucil pertama kali dibuat oleh Ratu Pekik di Surabaya pada 1571 Saka (1648 M). Dalam sejarahnya, wayang ini pernah mencapai masa kejayaannya dan populer di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti di Nganjuk, Kediri, dan Malang.

Wayang Krucil memiliki ketebalan 2-3 sentimeter, bentuknya mengarah tiga dimensi. Dengan bentuk ini, karakter pada wayang krucil terkesan lebih bernyawa jika dibandingkan dengan wayang kulit.

Di Jawa Tengah, wayang krucil menjadi kesenian khas Kabupaten Blora. Di sini, bentuknya mirip dengan wayang gedog. Sementara di Jawa Timur, tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang kulit purwa, raja-rajanya bermahkota dan memakai praba.

Cerita yang dimainkan dalam pementasan wayang krucil bersumber dari berbagai kisah. Yang terkenal adalah Serat Damarwulan, legenda dari kerajaan Majapahit. Bagian yang paling disukai adalah terbunuhnya Minakjingga. Kisah populer lainnya adalah Mahabharata, kisah Panji Asmorobangun, dan cerita Menak.

wayang krucil
Pementasan Wayang Krucil (Foto: budaya panji.com)

Peralatan yang digunakan dalam pementasan adalah kotak, cempala (untuk memukul kotak), dan gamelan bernada slendro yang terbatas. Pertunjukan wayang krucil tidak menggunakan kelir. Wayang ditancapkan tidak pada gedebog (pohon) pisang tetapi pada kayu atau bambu panjang yang berlubang-lubang (slanggan). Setiap adegan diiringi dengan tembang (lagu) macapat yang dinyanyikan oleh dalang.

Pementasan biasanya berlangsung siang hari antara pukul 10.00 dan 16.00 untuk acara-acara penting, seperti kaulan (mengucapkan terima kasih pada Tuhan), pernikahan, dan khinatan.

Sekarang pementasan wayang krucil sangat jarang. Di Kabupaten Malang, pementasan wayang ini rata-rata hanya 2-3 kali dalam satu tahun. Jika dibiarkan begitu saja, kekayaan budaya bangsa yang satu ini pun akan menjadi tinggal kenangan.

1 Komentar

  1. I wanted to thank you for this great read!! I undoubtedly enjoying
    every small touch of it I have you bookmarked to take a look
    at new material you post.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

19 + twenty =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.