Tuk Si Bedug, Sumber Air Peninggalan Sunan Kalijaga

2035
Tuk Si Bedug, Sumber Air Peninggalan Sunan Kalijaga
Foto: kanaljogja.id

1001indonesia.net – Selain Sendang Kasihan, terdapat mata air lain yang konon berasal dari tancapan tongkat Sunan Kalijaga. Mata air yang berada di Dusun Mranggen, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut bernama Tuk Si Bedug.

Alkisah, suatu ketika pada hari Jumat Pahing, Sunan Kalijaga hendak menunaikan sholat Jumat. Namun, ia kesulitan mendapatkan air untuk bersuci karena gersangnya daerah sekitar. Sang Sunan lalu berdoa kepada Tuhan mohon diberikan air untuk berwudu. Ia lalu menancapkan tongkatnya di tanah. Saat tongkat dicabut, menyemburlah air dan kemudian menjadi mata air.

Sumber air yang tak pernah kering itu kemudian dinamakan Tuk Si Bedug. Tuk berasal dari bahasa Jawa yang berarti mata air. Jadi, Tuk Si Bedug berarti sumber air yang keluar dari tancapan tongkat Sunan Kalijaga pada waktu beduk berkumandang.

Air dari sumber air tersebut dibendung warga. Pada 1989, kompleks Tuk Si Bedug diperbarui dengan menambahkan pagar semen dan merenovasi mushala. Konon, mushala itulah yang digunakan Sunan Kalijaga untuk shalat.

Bendungan tersebut kini menjadi berkah bagi warga setempat. Airnya yang tak pernah kering meski di bulan kemarau mengairi sawah dan ladang warga.

Selain berguna bagi pertanian, diyakini pula bahwa Tuk Si Bedug mengalirkan air yang suci. Banyak orang yang percaya, jika mandi di sini, semua doa mereka akan cepat dikabulkan.

Tuk Si Bedug ramai dikunjungi, terutama ketika menjelang bulan puasa. Pengunjung datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari luar Pulau Jawa.

Tradisi

Dari cerita kemunculan sumber air itu lahirlah upacara adat Tuk Si Bedug yang dilaksanakan setiap tahun pada Jumat Pahing di bulan Jumadil Akhir dalam kalender Jawa. Pelaksanaannya selama tiga hari berturut-turut sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas limpahan berkahnya.

Uborampe upacara adat yang digelar berupa gunungan. Gunungan tersebut berasal dari hasil bumi. Gunungan ini kemudian dibagikan kembali kepada warga masyarakat yang hadir dalam upacara.

Ritual upacara dimulai dengan doa bersama. Gunungan kemudian dibawa ke lokasi Tuk Si Bedug. Selanjutnya, sesepuh desa mengambil air dari sumber air menggunakan periuk. Air kemudian dibawa ke balai Desa Margodadi yang letaknya tak jauh dari sumber air.

Saat diadakannya upacara adat yang berlangsung selama 3 hari, banyak digelar juga  berbagai kesenian rakyat, seperti jathilan, ketoprak, wayang orang, ataupun wayang kulit. Juga digelar sholawatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Tradisi Tuk Si Bedug kini dikembangkan menjadi kirab budaya atas kerja sama pemerintah desa dengan pemerintah kabupaten. Selain untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian daerah, acara ini tentu akan bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat setempat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

five + 20 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.