Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi

1809
Taman Suaka Margasatwa dan Budaya Kinantan
Taman Suaka Margasatwa dan Budaya Kinantan (Foto: situsbudaya.id)

1001indonesia.net – Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan atau yang lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Bukittinggi merupakan kebun binatang tertua di Indonesia dan satu-satunya di Sumatra Barat. Koleksi satwanya terlengkap di Sumatra.

Kebun binatang yang dibangun pada 1900 ini terletak di pusat Kota Bukittinggi. Awalnya, kebun binatang ini merupakan Stormpark atau Taman Bunga Bukittinggi. Taman ini didirikan atas prakarsa Controller Gravenzande. Sampai tahun 1929, belum ada hewan yang dilindungi di sini.

Baru pada tanggal 3 Juli 1929, Dr. J. Hock mengubah Stormpark menjadi kebun binatang dengan nama Fort De Kocksche Dieren Park atau Kebun Binatang Kota Fort De Kock.

Pada 1933, tempat ini melakukan pertukaran koleksi dengan Kebun Binatang Surabaya. Dengan pertukaran ini, Kebun Binatang Bukittinggi memiliki spesies hewan dari Indonesia Timur.

Setelah masa penjajahan usai, nama Fort De Kocksche Dieren Park berganti menjadi Taman Puti Bungsu. Hingga akhirnya pada 1995, melalui peraturan daerah No. 2 Tahun 1995, Taman Puti Bungsu berganti nama menjadi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan.

Museum Rumah Adat Baanjuang

Museum Rumah Adat Baanjuang di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan
Museum Rumah Adat Baanjuang terletak di kawasan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan. (Foto: bukittinggiminangkabau.blogspot.com)

Tak hanya diisi satwa, Taman Margasatwa di Bukittinggi ini juga memiliki wahana budaya, yaitu rumah adat Minangkabau yang disebut dengan Museum Rumah Adat Baanjuang. Dulunya, museum ini bernama Museum Bundo Kanduang, kemudian sesuai dengan Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2005, nama itu diubah menjadi Museum Rumah Adat Baanjuang.

Museum ini berbentuk rumah gadang bagonjong gajah maharam. Terdapat 9 ruang dengan anjuang pada bagian kiri dan kanan. Luas bangunan 2.798 meter persehi.

Hampir semua bahan bangunan masih terbuat dari bahan-bahan alami, seperti atap bangunan dari ijuk, dinding kayu atau bambu serta berlantai kayu. Rangkiang (lumbung) padi dibangun kemudian pada 1956.

Difungsikan sebagai museum, rumah adat yang didirikan pada 1 Juli 1935 ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengangkat kebudayaan tradisional masyarakat Minangkabau. Di dalamnya, para pengunjung dapat menemukan pakaian, perhiasan, dan alat-alat kesenian khas Minang.

Baca juga: Rumah Gadang Minangkabau, Sumatra Barat

Jembatan Limpapeh

Jembatan Limpapeh menghubungkan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort de Kock
Jembatan Limpapeh menghubungkan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort de Kock. (Foto: arlisajati.blogspot.com)

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan terhubung dengan peninggalan sejarah Belanda, Benteng Fort de Kock. Kebun binatang Bukittinggi berada di salah satu puncak bukit. Benteng Fort de Kock berada di puncak bukit lainnya.

Jarak antara kebun binatang dan Benteng Fort de Kock sekitar 100 meter. Kedua tempat tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan yang dikenal dengan nama Jembatan Limpapeh.

Jembatan ini berada di atas Jalan Ahmad Yani, Bukittinggi. Bagian tengah Jembatan Limpapeh dibuat anjungan yang diberi atap bagonjoang. Pengunjung bisa berfoto di sini dengan latar belakang Jalan Ahmad Yani dan Gunung Singgalang.

Baca juga: Taman Margasatwa Ragunan, Wisata Edukasi di Ibu Kota Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

16 − nine =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.