Pantai Losari, Tempat Wisata yang Menjadi Ikon Kota Makassar

2556
Anjungan Pantai Losari
Anjungan Pantai Losari menjelang terbenamnya matahari. (Foto: Wikipedia)

1001indonesia.net – Pantai Losari terletak di sebelah barat kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pantai yang menjadi ikon kota Makassar ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Lokasinya mudah diakses, sekitar 20 km dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.

Dahulu, Pantai Losari merupakan sebuah pasar ikan yang beroperasi di pagi dan siang hari. Di sore dan malam hari, pantai ini menjadi pusat kuliner makanan laut.

Pada 1945, pantai ini nampaknya mulai diperhatikan oleh pemerintah setempat. Pemerintah kemudian melakukan beberapa hal untuk memperbaiki fasilitas dan sarana yang ada di tempat ini.

Pembangunan oleh Pemerintah setempat mulai dilakukan dengan pemasangan beton sepanjang 910 meter. Pemasangan beton ini bertujuan untuk mencegah ombak besar selat Makassar menerjang beberapa fasilitas umum di sepanjang pantai.

Tempat ini juga disebut-sebut sebagai warung terpanjang di dunia. Warung-warung tenda berjejer di sepanjang pantai yang panjangnya kurang lebih satu kilometer.

Salah satu penganan khas Makassar yang dijajakan di warung-warung tenda itu adalah pisang epe, yaitu pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula merah. Pisang epe paling enak dimakan saat masih hangat dengan berbagai topping di atasnya, seperti parutan keju, selai stroberi.

Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan pada sebuah tempat di depan rumah jabatan Wali kota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari.

Pantai Losari menjadi salah satu spot terbaik di kota Makassar untuk kenikmati sunrise dan sunset. Selain itu, yang unik dari pantai ini adalah keberadaan Masjid Amirul Mukminin. Masjid dengan 2 kubah dan 2 menara itu dibangun terapung di atas pantai. Masjid Amirul Mukminin didesain di atas pantai dan dipancang dengan bahan yang kokoh.

Di pantai ini terdapat anjungan-anjungan yang bisa difungsikan sebagai ruang publik bagi pengunjung. Anjungan tersebut dibuat sesuai dengan nama suku yang terdapat di Makassar, yaitu Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja. Di samping itu, dibangun pula monumen patung pahlawan dari Sulawesi Selatan, seperti Sultan Hasanuddin.

Setiap hari Minggu, masyarakat dapat menikmati hari bebas kendaraan bermotor sampai jam sepuluh pagi. Kegiatan utama yang dilakukan adalah olahraga lari dan sepeda, yang biasanya dilanjutkan dengan sarapan bubur ayam, baroncong, atau nasi kuning. Pada sore harinya, semua orang bisa menikmati keindahan tenggelamnya matahari.

Baca juga: Taman Nasional Taka Bonerate, Karang Atol Terbesar Ketiga di Dunia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × three =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.