Owa Kalimantan, Kera Tanpa Ekor Endemik Pulau Kalimantan

2710
Owa Kalimantan
Foto: Tribun Kaltim

1001indonesia.net – Owa kalimantan (Hylobates agilis albibarbis) merupakan salah satu jenis primata yang dilindungi karena keberadaannya semakin langka.

Semula, owa yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama kalawet atau kalaweit ini dianggap sebagai subspesies dari owa kelempiau (H. muelleri) dan owa ungko (H. agilis). Namun berdasarkan kajian DNA, sekarang kera ini diklasifikasikan sebagai spesies terpisah.

Endemik Kalimantan

Owa kalimantan menyebar terbatas (endemik) di pedalaman Kalimantan, terutama di daerah rawa gambut di bagian barat daya pulau di antara aliran sungai Kapuas (Kalbar) dan Barito (Kalteng).

Persebaran owa kalimantan yang sangat terbatas disebabkan oleh faktor perbedaan struktur ketinggian pohon yang menjadi habitat dan persediaan pakannya.

Primata arboreal (hidup di pepohonan) ini membutuhkan habitat dengan kanopi antarpohon yang rapat dan cabang yang berbentuk horizontal. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung aktivitasnya yang gemar bergelayutan di atas pohon.

Selain itu, habitat tersebut juga harus menjamin pakan owa berupa buah, daun muda, dan serangga agar dapat tersedia sepanjang tahun. Kera ini umumnya ditemui pada ekosistem hutan dataran rendah dengan vegetasi yang didominasi oleh Dipterocarpaceae (suku meranti-merantian).

Ciri-ciri

Owa kalimantan bertubuh sedang. Panjang kepala dan tubuh hewan jantan dewasa antara 462-475 mm, sementara betinanya sedikit lebih besar (465-497 mm). Berat hewan jantan 4,9-6,5 kg, dan betinanya 5,9-6,8 kg.

Warna tubuh umumnya kecokelatan hingga cokelat terang. Dengan ‘topi/tudung’ cokelat gelap, alis keputihan, dan pipi serta dagu keputihan yang mengesankan seperti berewok berwarna putih, melingkari wajah yang berwarna hitam.

Bagian dada dan perut, sisi dalam tungkai, serta ujung tangan dan kaki berwarna cokelat gelap, setidaknya lebih gelap dari bagian tubuh lainnya. Jari-jari tangan dan kaki kehitaman. Punggung bagian bawah lebih terang warnanya.

Ukuran tubuh owa kalimantan kurang lebih serupa dengan owa kelempiau. Pewarnaan tubuhnya pun mirip sehingga sering disamakan. Namun, umumnya H. muelleri hanya memiliki alis putih dan tidak berewok putih.

Suara panggilan H. albibarbis berbeda dengan suara H. muelleri. Akan tetapi, kawin silang di antara kedua jenis ini pernah terjadi di sekitar wilayah hulu S. Barito.

Owa ungko memiliki ukuran tubuh, pewarnaan, dan suara panggilan yang mirip dengan owa kalimantan. Namun owa ungko menyebar di bagian utara Semenanjung Malaya dan di Pulau Sumatera sebelah selatan dari Danau Toba.

Owa kalimantan hidup dalam kelompok kecil, terdiri tiga hingga empat individu. Sama seperti manusia yang bekerja pada siang hari, Hylobates albibarbis merupakan satwa diurnal. Pada sinag hari, mereka mencari makan, bermain ataupun beristirahat di pohon yang rindang.

Terancam punah

Owa kalimantan dikategorikan ke dalam status genting (Endangered, EN) oleh IUCN. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya luas hutan rawa gambut yang menjadi habitat kera ini akibat deforestasi dan kebakaran hutan.

Primata Indonesia yang hidup di rawa gambut di Kalimantan Tengah ini membutuhkan sekitar 21 hektare hingga 51 hektare wilayah hutan untuk setiap kelompok. Luasnya wilayah yang diperlukan ini membuat populasi mereka sangat rentan terhadap hilangnya habitat hutan tempat tinggal mereka.

Selain itu, owa merupakan satwa yang banyak diburu. Owa memiliki suara lengkingan yang bagus sehingga fungsinya bagi si pemilik tak ubahnya burung kicau.

Yayasan Kalaweit

Adalah Yayasan Kalaweit yang peduli terhadap keberadaan owa di Kalimantan. Pusat rehabilitasi owa terbesar di dunia ini didirikan oleh Aurelien Francis Brule (akrab disapa Chanee Brule).

Yayasan Kalaweit merehabilitasi owa sebagai satwa golongan primata besar yang menjadi korban deforestasi dan praktik perburuan liar oleh manusia. Selain itu, Kalaweit juga aktif mengampanyekan dampak negatif deforestasi, atau alih fungsi hutan yang kian marak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

three × 5 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.