Museum Ikan Bagansiapiapi, Kenangan Atas Kejayaan Perikanan

3506
Museum Ikan Bagansiapiapi, Kenangan Atas Kejayaan Perikanan
Museum Ikan Bagansiapiapi (Foto: riaudailyphoto.com)

1001indonesia.net – Museum Ikan Bagansiapiapi bisa jadi merupakan satu-satunya museum ikan di Pulau Sumatra. Dibangun di areal baru kompleks perkantoran pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, tepatnya di Kelurahan Bagan Punak Meranti, sekitar 4 kilometer dari pusat Kota Bagansiapiapi.

Museum ikan ini dibangun oleh pemerintah setempat untuk mengingatkan masyarakat atas kejayaan Bagansiapiapi dalam bidang perikanan. Untuk tujuan yang sama, pemerintah juga membangun penanda kota (landmark) berupa tugu ikan persis di tengah titik persimpangan jalan kompleks perkantoran pemerintah. Di beberapa pojok kota juga dibangun monumen dan patung ikan.

Bagansiapiapi merupakan ibu kota Kabupaten Rokan Hilir. Kota kecil ini berada di pesisir pantai utara Provinsi Riau, tepatnya 243 kilometer arah barat laut Kota Pekanbaru. Sampai akhir 1980-an, belum ada jalan darat yang menghubungkan wilayah ini dengan wilayah lain. Orang-orang yang ingin ke Bagansiapiapi harus menggunakan jalur laut atau sungai. Kalaupun ada jalur darat, waktu tempuhnya lebih lama.

Wilayah Bagansiapiapi strategis karena berada tepat di muka Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia dan Singapura. Pada era 1900–1956, Pelabuhan Bagansiapiapi merupakan pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi oleh berbagai bangsa dunia. Barang perikanan yang diperdagangkan antara lain ikan asin, belacan, udang ebi, dan ikan hasil tangkapan.

Pelabuhan Bagansiapiapi pernah mencapai kejayaan pada masa kolonial Belanda, tepatnya pada 1930. Saat itu, produksi ikan yang dihasilkannya mencapai 300.000 ton per tahun yang membuatnya menjadi pelabuhan dengan produksi ikan terbanyak dan teramai kedua di dunia setelah Norwegia.

Tidak seperti dulu, saat ini produksi ikan di Pelabuhan Bagansiapiapi sudah merosot drastis. Penyebabnya merupakan konstelasi berbagai faktor. Pertama adalah faktor alam, yaitu terjadinya pendangkalan pantai, Sungai Rokan, dan beberapa sungai sekitarnya.

Kedua adalah faktor sosial, yaitu beralihnya profesi masyarakat Bagansiapiapi pada generasi berikutnya dari sektor laut ke sektor perdagangan. Terakhir, transfer keahlian melaut pada generasi berikutnya yang tidak berlangsung dengan baik.

Diharapkan dengan adanya Museum Ikan Bagansiapiapi, masyarakat akan memiliki semangat untuk mengembalikan kejayaan perikanan di masa lalu.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

5 × five =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.