1001indonesia.net – Museum Wayang dapat menjadi salah satu pilihan warga Jakarta untuk berwisata di akhir pekan. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat koleksi beragam jenis wayang beserta keterangannya, baik dari Indonesia maupun mancanegara.
Museum Wayang merupakan salah satu museum paling populer di ibu kota. Letaknya di kompleks Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat. Di kawasan ini juga terdapat dua museum lainnya, yaitu Museum Seni Rupa dan Keramik serta Museum Sejarah Jakarta.
Museum ini buka dari hari Selasa sampai Minggu, pukul 09.00–17.00 WIB. Tiketnya sangat terjangkau. Pengunjung hanya perlu membayar sebesar Rp5.000 per orang. Untuk pelajar dikenakan tarif Rp 3.000, sedangkan untuk usia anak-anak sebesar Rp 2.000.
Baca juga: Museum Fatahillah, Wisata Sejarah di Kota Tua Jakarta
Sejarah
Gedung yang saat ini difungsikan sebagai Museum Wayang ini awalnya merupakan gereja yang didirikan oleh VOC pada 1640 dengan nama De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Lama Belanda). Gedung ini berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tentara Belanda yang tinggal di Batavia.
Pada 1733, gereja tersebut mengalami perbaikan, dan namanya berganti menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda). Di halaman gereja yang kini menjadi taman terbuka Museum Wayang terdapat beberapa prasasti yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut.
Akibat terjadinya gempa pada 1808, bangunan gereja tersebut sempat rusak. Di lokasi tersebut kemudian dibangun kembali sebuah gedung yang difungsikan sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian depan museum ini dibangun pada 1912 dengan gaya Noe Reinaissance.
Pada 1936, gedung ini sempat dijadikan monumen. Satu tahun kemudian, gedung ini dibeli oleh Bataviasche Genootschaap van Kusten en Wetenschappen, yaitu sebuah lembaga yang bergerak di ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pada 22 Desember 1939, gubernur terakhir Belanda, Tjarda van Starkenborgh, mengalihfungsikan gedung menjadi de oude Bataviasche Museum (Museum Batavia Lama).
Selanjutnya pada 1957, gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). Sejak itu namanya menjadi Museum Jakarta Lama. Pada 1 Agustus 1960, kata “Lama” resmi dihilangkan sehingga menjadi Museum Jakarta. LKI kemudian menyerahkan gedung ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada 23 Juni 1968, oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, gedung museum diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta. Pada 1970, bangunan ini sempat digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat.
Pada 13 Agustus 1975, gedung ini diresmikan sebagai Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Kekagumannya akan budaya wayang mendorong Ali Sadikin mendirikan museum wayang.
Baca juga: Masihkah Wayang Kulit Diminati?
Koleksi beragam jenis wayang
Museum Wayang sedikitnya mengoleksi lebih dari 4.000 buah wayang yang terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, dan wayang beber. Tak hanya wayang dari Indonesia, di museum ini juga terdapat wayang asal mancanegara.
Di lantai dasar, pengunjung bisa menemukan beragam jenis wayang atau boneka dan topeng asal Indonesia, seperti wayang golek, ondel-ondel, dan topeng gundala-gundala (digunakan dalam tarian pemanggil hujan dalam masyarakat suku Batak Karo).
Sementara di lantai dua, pengunjung akan menjumpai koleksi wayang kulit dan boneka tradisional dari berbagai negara, seperti boneka dari Malaysia, Thailand, Suriname, China, Vietnam, Prancis, India, dan Kamboja. Juga ada koleksi gamelan sebagai pengiring pertunjukan wayang dan lukisan wayang.
Baca juga: Museum Angkut di Kota Batu, Malang