Situs Arca Domas, Jejak Peradaban Kuno di Nusantara

1530
Situs Arca Domas Cibalay
Situs Arca Domas Cibalay (Foto: larismanis.com)

1001indonesia.net – Tidak diragukan lagi, Nusantara merupakan salah satu peradaban paling tua di dunia. Ada banyak peninggalan megalitikum bertebaran dari ujung barat Pulau Sumatra hingga ujung timur Papua. Salah satunya adalah Situs Arca Domas di Kampung Cibalay, Desa Tapos 1, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Konon, situs yang terletak di hulu Sungai Cisadane di kaki Gunung Salak ini digunakan para leluhur sebagai tempat pemujaan. Diperkirakan usianya lebih dari 5.000 tahun atau sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi.

Situs Arca Domas merupakan bagian dari Kompleks Situs Megailitik Cibalay. Di kompleks tersebut terdapat 7 situs lain, yaitu Situs Endong Kasang, Situs Balai Kambang, Jami Paci Ing, Batu Bergores, Situs Pasir Mangis, Situ Cipangantehan, dan Situ Kebon Kopi.

Nama Arca Domas sendiri digunakan pada tiga tempat yang berbeda. Pertama, Arca Domas milik orang Kanekes (Suku Baduy) yang disakralkan dan tidak bisa dikunjungi oleh sembarang orang. Kedua, Kampung Arca Domas yang terdapat kompleks makam tentara Jerman di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor. Dan ketiga, Situs Arca Domas di Kampung Cibalay ini.

Baca juga: Suku Baduy, Kearifan Lokal dalam Menjaga Alam

Meski bernama Arca Domas, tak terdapat arca atau patung di kawasan ini. Hanya terdapat batu yang dipahat sedemikian rupa menyerupai wajah manusia, harimau, dan lain sebagainya.

Kata Arca Domas sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Sunda Kuno, arca berarti patung dan domas berarti 800. Menurut penjaga situs, sebutan Arca merujuk pada bongkahan-bongkahan batu yang dipahat dengan bentuk tertentu, sedangkan Domas yang berarti 800 untuk menunjukkan banyaknya bongkahan batu yang ada di area ini.

Menurut catatan dari pihak kolonial Belanda, Situs Arca Domas Cibalay dilaporkan pertama kali oleh De Wilde pada 1830, kemudian Junghuhn pada 1844, lalu Muller pada 1856, dan yang terakhir oleh N.J. Krom pada 1914.

Pada 1950, peninggalan bersejarah ini mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat sekitar. Dan, akhirnya pada 1982, mulai ditetapkan sebagai situs yang dilindungi oleh pemerintah.

Seperti Situs Gunung Padang di Cianjur, salah satu yang menjadi ciri khas dari situs ini adalah bentuknya berupa punden berundak, yaitu bangunan yang terdiri lebih dari satu undak tanah. Masing-masing undak umumnya diperkuat dengan bongkahan atau balok-balok batu yang berfungsi sebagai dinding pembatasnya.

Baca juga: Situs Gunung Padang dan Peta Peradaban Dunia

Punden berundak didirikan pada sebuah bukit dengan susunan undakan semakin meninggi menyesuaikan kontur tanahnya dan diakhiri pada undak tertinggi yang merupakan puncak teras. Undak tertinggi difungsikan sebagai tempat yang paling sakral atau suci. Di undak tertinggi itu biasanya terdapat objek megalit seperti menhir, arca, atau bentuk-bentuk lain sebagai penanda pusat sakral.

Punden berundak paling banyak terdapat di Pulau Jawa, khususnya di bagian barat yang merupakan pusat kehadiran bangunan berteras ini.

Masih belum banyak yang bisa kita ketahui dari Situs Arca Domas Cibalay. Ada pendapat yang mengungkapkan bahwa situs ini masih memiliki kaitan dengan Situs Gunung Padang. Yang jelas, peninggalan ini dulunya dibuat dengan tujuan sakral, antara lain sebagai tempat pemujaan terhadap arwah para leluhur—seperti umumnya peninggalan-peninggalan megalitikum lainnya.

Minimnya data sejarah tentang situs ini menjadi tantangan bagi kita yang ingin mengetahuinya lebih dalam. Ada banyak peninggalan kuno yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara yang menandakan betapa tuanya sejarah peradaban di kawasan ini. Dan, peninggalan di Kampung Cibalay ini merupakan salah satu dari peninggalan peradaban kuno di Nusantara.

Minimnya informasi tentang peninggalan ini sebenarnya justru mendorong kita untuk menyaksikannya secara langsung. Lagi pula mengunjungi secara langsung tempat bersejarah tentu memberikan pengalaman dan pemahaman yang berbeda dari ketika kita hanya informasinya dari sumber lain.

Mengunjungi langsung situs bersejarah membuat kita mampu menghidupkan kembali pengalaman sejarah. Duduk hening, menyambungkan rasa dengan alam di situs ini, sedikit banyak bisa membuat Anda menembus waktu, merasakan kesakralan upacara pemujaan yang diselengggarakan leluhur di masa lalu. Suatu hal tidak bisa dilakukan dengan hanya membaca buku.

Maka tak heran, selain ingin menapak tilas peradaban kuno Nusantara, tidak sedikit pengunjung yang datang ke Situs Arca Domas untuk menghaturkan sembah dan bakti kepada para leluhur, ditemani harum wangi dupa.

Baca juga: Sendang Bagusan, Wisata Religi di Godean Sleman

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

4 + two =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.