1001indonesia.net – Gagak banggai atau burung kuyak (Corvus unicolor) adalah burung endemik Indonesia yang berasal dari Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepualauan, Sulawesi Tengah. Sempat dinyatakan punah selama 100 tahun, burung ini ditemukan kembali pada 2004.
Dilansir dari Kompas.com, selama ini para ilmuwan hanya mengetahui jejak kehidupan gagak tersebut dari dua ekor spesimennya yang ditangkap tahun 1900. Kedua sampel gagak banggai itu disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika di New York.
Namun, pada 1991, dua orang peneliti dari Perhimpunan Ornitolog Indonesia melihat burung ini. Sayang burung tersebut terbang dan raib entah ke mana. Ketika kedua peneliti tersebut mengabarkan kepada kawan-kawannya, tidak ada yang percaya bahwa burung yang mereka lihat adalah gagak banggai. Pasalnya dikabarkan burung itu telah punah.
Baru kemudian pada 2004, seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia bernama Mochamad Indrawan menemukannya kembali di habitat yang sama. Spesimen tersebut kemudian dikirim kepada Pamela Rasmussen, ahli zoologi dari Michigan State University, untuk dicocokkan dengan spesimen lain yang selama ini disimpan.
Rasmussen kemudian membandingkan spesimen yang baru dengan dua sampel yang berusia lebih dari satu abad. Biasanya gagak banggai diangap sebagai subspesies dari Corvus enca. Namun, hasil penelitian memastikan bahwa spesimen-spesimen tersebut bukan anggota dari Corvus enca.
Mochamad Indrawan baru mengumumkan penemuannya pada 2007. Saat ini, keempat spesimen gagak banggai yang baru ditemukan itu disimpan sebagai koleksi Museum Zoologi Bogor.
Seperti halnya semua burung gagak, seluruh tubuh gagak banggai berwarna hitam. Memiliki ukuran 39 cm, burung ini termasuk berukuran sedang.
Gagak ini termasuk ke dalam jenis burung hutan pegunungan yang mengonsumsi serangga sebagai makanan utamanya. Di alam liar, burung ini memiliki pesaing gagak berparuh ramping (Corvus enca) yang banyak ditemukan di Sulawesi Tengah. Habitatnya yang terisolasi di wilayah barat Pulau Peleng membuat keberadaan burung ini terancam.
Baca juga: Maleo, Burung Endemik Sulawesi yang Langka