1001indonesia.net – Cabai jawa merupakan rempah asli Indonesia. Digunakan baik sebagai bumbu masak maupun sebagai obat. Bentuknya lonjong, jika masih muda berwarna hijau, kemudian kuning, dan setelah tua berwarna merah. Rasa buahnya pedas dan berbau harum. Tanaman ini banyak dikembangkan di Pulau Jawa dan Sumatra. Di India, Sri Lanka, Bangladesh, dan Malaysia, cabai jawa digunakan sebagai bumbu masakan kari dan sejenisnya.
Gambaran Umum
Cabai jawa termasuk dalam suku sirih-sirihan (Piperaceae). Tanaman memiliki beberapa nama daerah, seperti lada panjang atau cabai panjang (Sumatra), cabe jamu, cabean, cabe areuy, cabe sula (Jawa), cabi jamo, cabi onggu, cabi solah (Madura), cabian (Ujung Pandang). Di Tiongkok, tanaman ini disebut bi ba.
Cabai jawa tumbuh merambat, seperti sirih dan lada. Panjangnya dapat mencapai 10-12 meter. Bentuk batang bulat dan berkayu. Percabangannya agak lunak, tumbuh membelit pada pepohonan atau tonggak penyangga, memiliki alur dan ruas, serta berwarna hijau. Di setiap ruas akan keluar akar.
Daunnya jenis tunggal, bulat telur sampai lonjong, pangkal lonjong, pangkal tumpul, ujung runcing, tepi merata, petulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, dan warna hijau mengilap.
Tipe bunga tanaman ini adalah majemuk dan berkelamin tunggal. Bentuknya bulir dengan panjang tangkai 0,5-2 cm. Buahnya berbentuk lonjong. Ukurannya kecil-kecil tersusun menjadi satu dalam satu tangkai buah menjadi seperti buah cabai yang panjangnya 2-7 cm. Rasa buahnya pedas dan beraroma. Pada buah cabai Jawa yang sudah matang terdapat rasa sedikit manis. Bentuk biji bulat pipih dengan warna cokelat keputih-putihan.
Akar tanaman cabai Jawa berupa akar tunggang. Akar melekat di seluruh batang yang menjalar dan warnanya putih pucat.
Perbanyakan bisa dilakukan dengan biji maupun setek batang. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di daerah dengan iklim kering dan panas di dataran rendah sampai ketinggian 600 meter di atas permukaan laut.
Cabai jawa tumbuh subur sepanjang tahun, baik pada musim kering maupun musim hujan. Tanaman ini tidak memerlukan perawatan khusus, mampu hidup bahkan di lahan yang gersang dan kering. Secara alami, tanaman ini tumbuh di lahan-lahan kering di Jawa, Madura, dan Maluku.
Industri dan Perdagangan
Bagian dari tanaman cabai jawa yang dimanfaatkan adalah buahnya. Buah dipanen ketika masih berwarna hijau kekuningan atau kemerahan. Jika yang dipanen sudah berwarna merah atau sudah matang maka buahnya mudah busuk. Buah yang dipanen langsung dikeringkan.
Buah cabai jawa kering digunakan sebagai bahan dalam jamu dan obat tradisional. Selain untuk kepentingan industri lokal, tanaman ini juga diekspor ke beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, Tiongkok, Amerika Serikat, serta negara-negara Timur Tengah dan Eropa.
Di beberapa daerah, cabai jawa ditanam di pekarangan. Jarang yang sengaja membuat perkebunan cabai jawa dan membudidayakannya secara intensif. Salah satu daerah yang mengembangkan cabai jawa adalah Lampung. Di sana, tanaman ini ditanam di lahan tegalan, baik secara monokultur maupun bersama dengan tanaman lada.
Permintaan cabai jawa lumayan tinggi dan terus mengalami peningkatan, terutama untuk diekspor. Cabai jawa memiliki khasiat obat dan digunakan dalam ramuan bandrek, yaitu ramuan tradisional yang digunakan untuk menghangatkan tubuh. Di luar negeri, buah cabai yang tergolong dalam famili lada ini digunakan sebagai rempah yang dibutuhkan terutama di musim dingin. Menurut Rumphius, buah cabai jawa biasa dikunyah untuk mengobati sakit gigi. Air rebusan cabai jawa bisa digunakan sebagai obat kumur.
Buah cabai jawa mengandung minyak asiri sebanyak 1%. Zat pedas yang terkandung di dalamnya adalah piperin, piperidin, dan sesamin. Akarnya mengandung piperin, piplartin, dan piperlongumin.
Buah sering dimanfaatkan dalam ramuan untuk merangsang pengeluaran keringat (diaforetik), mengobati masuk angin, menghangatkan tubuh, dan menambah gairah.
Cabai jawa termasuk sepuluh besar bahan nabati yang diserap oleh industri obat tradisional. Tanaman ini berada di peringkat keenam dengan besar serapan sekitar 9,5% dari total simplisia yang dikonsumsi oleh industri obat tradisional.
Sumber:
- H. Rahmat Rukmana, Cabai Jawa: Potensi dan Khasiatnya bagi Kesehatan, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
- W.P. Winarto, Cabe Jawa: Si Pedas Berkhasiat Obat, Jakarta: Agromedia.