1001indonesia.net – Surili (Presbytis) hidup di pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Setidaknya ada sembilan jenis surili yang hidup di Indonesia, tetapi yang paling dikenal adalah surili Jawa (Presbytis comata). Jenis ini dijadikan sebagai maskot Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat pada 2016 ini. Primata ini juga dijadikan sebagai fauna identitas Kabupaten Bogor.
Surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung berwarna hitam atau cokelat atau abu-abu gelap. Memiliki jambul di kepalanya. Rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada, dan perut berwarna putih. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat agak kemerahan.
Surili memiliki iris mata cokelat gelap. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ekor. Surili betina dan jantan memiliki panjang tubuh yang hampir sama, berkisar 430-600 mm. Ekornya lebih panjang dari tubuhnya, berkisar 560-720 mm. Berat tubuh rata-rata 6,5 kg. Makanan utamanya adalah daun, buah, bunga, ranting kecil, serangga, dan jamur.
Posturnya yang ramping dan mungil membuat monyet ini dapat meniti cabang-cabang pohon yang kecil dengan mudah. Hewan ini dikenal sangat pemalu dan berhati-hati sehingga lebih sulit untuk dilihat ketimbang jenis primata lainnya.
Surili hidup berkelompok dengan jumlah anggota antara 7 sampai 12 ekor. Setiap kelompok biasanya terdiri atas satu jantan dengan satu atau lebih betina. Dengan demikian, ia menjadi pejantan dan mengawini seluruh betina yang ada di kelompoknya. Jenis monyet ini aktif pada siang hari dan lebih banyak melakukan aktivitasnya di atas pohon.
Dulu, surili Jawa hidup menyebar di seluruh Pulau Jawa. Namun, seiring berjalannya waktu, populasinya menyusut drastis. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman menjadi sebab utama.
Penebangan pohon tanpa aturan juga menjadi penyebab kematian surili. Penebangan ini membuat surili terfragmentasi. Surili hidup dari pohon ke pohon dan kesulitan berjalan di atas tanah. Berkurangnya pohon berarti berkurangnya sumber makan yang membuatnya stres. Keadaan terfragmentasi membuat terjadinya perkawinan sedarah yang memperpendek umur surili.
Perburuan oleh masyarakat juga menjadi sebab langkanya primata ini. Bentuknya yang imut dan lucu membuat surili banyak diminati. Surili dianggap lucu karena berbulu putih saat bayi dan akan bertambah hitam seiring pertambahan umur.
Saat ini, hutan-hutan di Jawa Barat menjadi habitat utama primata ini, tepatnya di beberapa kawasan taman nasional, cagar alam, dan hutan lindung. Di Jawa Tengah, surili Jawa masih bisa dijumpai di dataran tinggi Dieng dan gunung Lawu.
Demi menjaga kelestarian satwa ini, pemerintah memasukkan surili Jawa dalam kategori hewan yang dilindungi. Sejak 2008, satwa ini juga masuk dalam daftar The IUCN Red List dengan kategori terancam.
*) Diolah dari berbagai sumber.