Situs Gambar Cadas Purbakala Kaimear

1846
Situs Cadas Purbakala Kaimear
Ilustrasi gambar pada dinding goa. (Foto: Wacana Nusantara)

1001indonesia.net – Di Desa Kaimear, Pulau Kaimear, Kecamatan Pulau-Pulau Kur, Kota Tual, Maluku, terdapat peninggalan gambar purbakala pada sebuah cadas. Gambar cadas atau rock art di gua ceruk tebing di tepi pantai Pulau Kaimear itu baru didata setahun lalu oleh Balai Arkeologi Maluku, tepatnya pada September 2018.

Gambar Cadas adalah gambar yang dibuat oleh manusia prasejarah pada permukaan batu yang keras. Gambar tersebut berupa lukisan, goresan, maupun cukilan. Pada umumnya, gambar cadas yang ditemukan di Indonesia berbentuk cap-cap tangan, figur manusia, binatang, perahu, dan garis-garis geometris.

Di Kepulauan Maluku, terdapat beberapa situs gambar cadas. Jumlah gambar yang dimiliki situs gambar cadas purbakala Kaimear menjadi terbanyak yang pernah ditemukan di wilayah ini. Banyaknya bahkan melebihi dari yang pernah ditemukan di Ohoidertawun, Pulau Kei Kecil, oleh arkeolog Chris Hugh Bellard pada 1988 yang memiliki sekitar 300 motif.

Selain itu, gambar cadas di Pulau Kaimear ini kemungkinan berada di tebing yang paling tinggi, sekitar 80-100 meter dari permukaan laut, dibandingkan dengan temuan gambar cadas lainnya di Maluku.

Gambar cadas Kaimear terdapat di tiga titik lokasi tebing di tepi pantai. Salah satunya yang berada di dinding ceruk Goa Kailean, di sebelah barat Desa Kaimear, memiliki kuantitas gambar yang terbanyak dengan motif yang paling beragam. Jumlahnya diperkirakan mencapai 400 hingga 500 motif.

Gambar-gambar cadas purbakala di Pulau Kaimear menampilkan bentuk figuratif dan non figuratif. Bentuk figuratif di antaranya adalah bentuk manusia, perahu, bentuk cap tangan, dan hewan. Sementara bentuk non figuratif di antaranya berupa bentuk garis, titik, dan lingkaran.

Bentuk gambar manusia terdiri dari bentuk manusia biasa, manusia tinggi (jangkung), manusia dengan membawa atribut peralatan semacam senjata, manusia dengan pikulan, manusia menari, serta wajah manusia berbentuk bulat dan segitiga. Sementara bentuk gambar binatang pada umumnya sulit untuk diidentifikasi. Ada ratusan motif yang belum teridentifikasi.

Gambar cadas purbakala ini ditemukan secara tak sengaja oleh Balai Arkeologi pada September 2018. Saat itu, Badan Arkeologi Maluku sedang melakukan survei penelitian mengenai kebudayaan Islam di daerah Kepulauan Kei.

Sebelumnya situs ini tidak pernah dipublikasikan ataupun dilaporkan oleh peneliti mana pun di dunia. Gambar cadas purbakala ini ditemukan melalui laporan dari masyarakat setempat tentang adanya gambar-gambar di tebing pesisir pantai yang lokasinya tak jauh dari Desa Kaimear.

Terancam rusak

Seperti yang dilansir Antara News, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Maluku, terjadi kerusakan pada gambar cadas Kaimear.

Menurut arkeolog Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Maluku, pada sisi kiri gua atau di bagian barat, tampak lebih banyak kerusakan gambar cadas. Pada bagian ini banyak gambar cadas yang terlihat tidak jelas, seperti terjadi pengelupasan warna (pigmen) gambar cadas. Kerusakan tersebut kemungkinan disebabkan oleh terpaan sinar matahari langsung terutama pada saat siang dan sore hari.

Selain gambar yang mulai mengelupas, kerusakan lain di situs adalah pada beberapa bagian panel dinding gua terdapat banyak coretan-coretan (vandalisme) yang dilakukan oleh pengunjung.

Ketidakpahaman masyarakat mengenai makna penting gambar cadas, membuat mereka tak peduli. Pada umumnya, para pengunjung yang datang hanya sebatas ingin mengetahui keberadaannya saja, tanpa memahami nilai penting sejarahnya sehingga tidak memiliki kepedulian untuk menjaga dan melestarikannya.

Pada awalnya, penduduk setempat hanya mengira bahwa gambar cadas di dinding gua yang ada adalah buatan orang-orang yang bersembunyi pada masa kedatangan orang-orang Portugis pada masa lalu. Mereka tidak tahu bahwa gambar pada cadas itu dibuat jauh sebelum itu. Sebab itu, bagi penduduk sekitar, ceruk gambar cadas hanyalah tempat yang menarik untuk berwisata.

Kondisi Desa Kaimear di Pulau Kaimear tergolong terpencil. Berada jauh dari pusat administratif Kota Tual menyebabkan kondisi desa tersebut masih terisolasi, terbatas dari akses komunikasi jarak jauh, energi listrik, dan sumber air bersih.

Pada musim kemarau, penduduk harus mengambil air bersih di Pulau Kur yang berada di ibu kota kecamatan Pulau-Pulau Kur, dengan jarak tempuh rata-rata satu jam perjalanan laut menggunakan perahu.

Untuk menyeberangi ke Pulau Kur yang berjarak 20 kilometer yang dipisahkan oleh selat yang terbuka, merupakan tantangan tersendiri, terutama pada musim-musim ombak sedang tinggi.

Pernah ada isu yang berkembang tentang upaya pemerintah Kota Tual untuk merelokasi penduduk dari Pulau Kaimear. Namun, isu tersebut kemudian tidak pernah terdengar lagi.

Wuri mengungkapkan, sejak kedatangan tim penelitian arkeologi Balai Arkeologi Maluku yang mendata gambar cadas sebagai peninggalan purbakala, penduduk menganggap situs tersebut menjadi harapan baru bagi mereka. Di tengah segala keterbatasan saat ini, diharapkan penemuan tersebut menjadi pintu masuk perhatian pembangunan di pulau itu.

Baca juga: Leang Leang Maros, Jejak Tapak-tapak Manusia Awal Sulawesi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twenty + ten =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.