1001indonesia.net – Rumah Tan Malaka merupakan tempat kelahiran Tan Malaka. Di rumah inilah Tan Malaka menghabiskan masa kecilnya, sebelum akhirnya hijrah ke Bukittinggi dan melanglang buana ke berbagai negara. Rumah tersebut kini difungsikan sebagai museum.
Siapa yang tak kenal Tan Malaka? Jasa besarnya dalam upaya mewujudkan kemerdekaan Indonesia tak bisa dilupakan. Tan Malaka merupakan tokoh pertama yang mengemukakan gagasan mengenai Republik Indonesia. Sayang, dalam perjalanan sejarah tokoh ini kerap dilupakan.
Sejarah mencatat, pria bernama lengkap Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka ini lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, pada 2 Juni 1897. Ayahnya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian. Ibunya bernama Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa.
Pada 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock. Menurut GH Horensma, salah satu guru di sekolahnya itu, Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang tidak patuh.
Atas bantuan gurunya dan pinjaman dana dari para engku dari desanya, Tan Malaka kemudian melanjutkan sekolah ke negeri Belanda pada usia 16 tahun. Setelah kembali ke Indonesia, ia mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatra Utara.
Tan Malaka kemudian hijrah ke Jawa dan membuka sekolah di Semarang. Sekolah itu disebut Sekolah Rakyat. Pengalaman Tan Malaka bergaul dengan kelompok miskin dan terpinggirkan memantapkan dirinya untuk bergerak dalam bidang pendidikan.
Gagasannya mengenai Republik Indonesia tertuang dalam buku Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) yang diterbitkan pada 1925. Gagasan dalam buku ini menginspirasi Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan bapak bangsa lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ironisnya, ketika republik belum lama merdeka, sosok Tan Malaka raib tak tentu rimbanya. Pada 1949, Tan Malaka menghilang di Kediri, Jawa Timur, bersama pasukan gerilya pembela proklamasi.
Di kemudian hari diketahui bahwa pada 21 Februari 1949, Tan Malaka dieksekusi mati oleh pasukan dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur.
Oleh Soekarno, Tan Malaka ditetapkan sebagai pahlawan Nasional melalui ketetapan presiden RI No. 53 tanggal 23 Maret 1963. Namun, ketika tampuk kekuasaan berganti, kisahnya jarang didengar dan pemikirannya pun tenggelam sehingga tak banyak orang yang mengenal pejuang kemerdekaan ini.
Baca juga: Tan Malaka, Memperjuangkan Pendidikan Rakyat
Museum
Rumah Tan Malaka berbentuk rumah gadang. Seluruh materialnya terbuat dari kayu. Sampai tahun 1998, rumah ini ditempati oleh keturunan dari keluarga besar Tan Malaka. Tujuh tahun berikutnya, keluarga besar Tan Malaka akhirnya memutuskan untuk menjadikan rumah ini sebagai museum yang dibuka untuk umum.
Di dalamnya, ada banyak memorabilia yang menggambarkan kehidupan Tan Malaka di masa silam. Beragam peninggalan sejarah yang bisa kita saksikan di antaranya buku-buku, foto-foto, tempat tidur, meja, hingga mesin ketik.
Tan Malaka menghabiskan masa kecilnya di rumah yang terletak di Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota ini. Tak hanya bersejarah, bangunan ini juga berada di tepi ngarai dengan pemandangan alam yang indah.