Rambut Gimbal, Dipercaya sebagai Ukuran Kesejahteraan Masyarakat Dieng

2694
Anak Dieng yang berambut gimbal.
Tumbuhnya rambut gimbal pada sebagian anak di Dataran Tinggi Dieng dianggap sebagai anugerah. Keberadaannya menjadi tolok ukur kesejahteraan masyarakat di sana. (Foto: Garuda Cityzen Jateng/Genpi.co)

1001indonesia.net – Ada suatu keanehan yang dialami masyarakat Dieng, yaitu tumbuhnya rambut gimbal pada sebagian anak-anak di sana. Keberadaan anak-anak berambut gimbal tidak sulit untuk ditemui di Dataran Tinggi Dieng.

Dikatakan aneh karena tidak ada garis keturunan khusus dari anak yang berambut gimbal. Siapa pun, asal memiliki garis keturunan Dieng, memiliki kemungkinan menjadi anak berambut gimbal. Uniknya, anak-anak keturunan warga Dieng masih bisa berambut gimbal meski anak tersebut sudah pindah ke kota lain.

Masyarakat Dieng menyebut anak-anak berambut gimbal dengan sebutan anak gembel. Ini karena rambut gimbal sering dikaitkan dengan orang yang jarang mandi dan berkeramas atau malas mengurus tubuh mereka.

Meski demikian, sebenarnya anak-anak berambut gimbal di Dieng merupakan anak-anak yang terawat bahkan sangat disayang oleh keluarganya. Sebab, menurut kisah yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat setempat, anak-anak berambut gimbal merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete, salah seorang punggawa pada masa Mataram Islam (sekitar abad 14).

Bersama dengan Kyai Walid dan Kyai Karim, Kyai Kolo Dete ditugaskan oleh Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan pemerintahan di daerah Wonosobo dan sekitarnya. Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo, sementara Kyai Kolo Dete bertugas di Dataran Tinggi Dieng.

Tiba di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Kolo Dete dan istrinya (Nini Roro Rence) mendapat wahyu dari Ratu Pantai Selatan. Pasangan ini ditugaskan membawa masyarakat Dieng menuju kesejahteraan. Ukuran sejahteranya masyarakat Dieng akan ditandai dengan keberadaan anak-anak berambut gimbal. Sejak itulah, muncul anak-anak berambut gimbal di kawasan Dataran Tinggi Dieng.

Sampai saat ini, masyarakat Dieng masih memercayai, jumlah anak berambut gimbal berkorelasi dengan kesejahteraan warga. Semakin banyak jumlah anak berambut gimbal, masyarakat Dieng yakin bahwa mereka semakin sejahtera. Begitu pula sebaliknya.

Munculnya rambut gimbal pada seorang anak akan ditandai dengan panas tubuh yang tinggi selama beberapa hari. Suhu tubuh anak tersebut akan normal dengan sendirinya pada pagi hari, bersamaan dengan munculnya rambut gimbal di kepala sang anak.

Biasanya, rambut gimbal akan tumbuh ketika usia seorang anak belum mencapai 3 tahun. Rambut gimbal ini akan tumbuh dan semakin lebat seiring waktu.

Ruwatan

Rambut gimbal yang dimiliki anak-anak di Dataran Tinggi Dieng bisa dihilangkan melalui ruwatan khusus. Upacara potong rambut ini hanya bisa dilakukan atas permintaan si anak. Usai diruwat, rambut gimbal yang dipotong disimpan dalam tempat tembikar lalu dilarung di Telaga Balekambang.

Rambut anak yang telah diruwat akan tumbuh normal. Nyaris tak pernah ada cerita anak gembel rambutnya kembali tumbuh gimbal usai menjalani upacara potong rambut.

Baca juga: Ruwatan Sukerta, Ritus Orang Jawa dalam Mengupayakan Keselamatan

Biasanya, sebelum dilakukan ritual pemotongan, si anak akan mengajukan permintaan. Permintaan ini harus dituruti oleh orangtuanya. Masyarakat setempat meyakini, jika pemotongan dilakukan tanpa melalui upacara, atau bukan atas kemauan si anak, atau permintaannya tidak dikabulkan, rambut gimbal yang sudah dipotong akan tumbuh kembali.

Ruwatan Potong Rambut Gimbal
Prosesi pemotongan rambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng. (Foto: Liliek Dharmawan/BBC.COM)

Prosesi ruwatan dimulai dari rumah tetua adat setempat. Anak-anak berambut gimbal yang hendak diruwat dikumpulkan. Di tempat itu juga telah disiapkan segala sesuatu yang diminta oleh anak-anak tersebut.

Dari rumah tetua adat, mereka mengikuti arak-arakan keliling kampung. Anak-anak yang akan diruwat kemudian mengikuti jamasan rambut di Plataran Dharmasala. Air jamasan diambil dari dua mata air sakral, yaitu Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco.

Anak-anak lalu dibawa ke Kompleks Candi Arjuna, Dieng, untuk dipotong rambutnya. Yang memotong rambut adalah para sesepuh dan pejabat sekitar. Para sesepuh masyarakat Dieng tersebut juga memimpin prosesi ruwatan pemotongan rambut gimbal.

Saat ini, ruwatan pemotongan rambut gimbal telah menjadi agenda wisata kultural Dieng. Prosesi ini masuk dalam agenda Dieng Culture Festival yang digelar setiap tahun.

Baca juga: Kompleks Candi Dieng, Peninggalan Sejarah di Dataran Tinggi Dieng

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

17 − three =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.