1001indonesia.net – Owa ungko atau wau-wau (Hylobates agilis) merupakan salah satu jenis owa yang terkecil ukurannya. Kini keberadaan satwa yang menyebar dari Semenanjung Malaya hingga Sumatra ini semakin langka karena diburu manusia dan alih fungsi hutan yang menjadi habitatnya.
Berat rata-rata owa ungko jantan sekitar 5,8 kg, sementara betinanya sekitar 5,4 kg. Warna rambut di tubuhnya bervariasi mulai dari bungalan (cokelat kekuningan pucat), jingga kemerahan, cokelat kemerahan, cokelat, atau kehitaman.
Sebagaimana halnya owa kalimantan, owa ungko memiliki alis dan berewok (cambang/rambut pipi dan jenggot) berwarna keputihan. Pada beberapa kondisi, betina owa ungko dapat kehilangan atau berkurang warna putih di alis dan pipinya.
Dikenal dua anak jenis owa ungko. Pertama, Hylobates a. agilis (owa ungko pegunungan) yang menyebar di wilayah pegunungan di bagian utara Semenanjung Malaya (Thailand bagian selatan dan Malaysia utara) dan bagian barat Sumatra di selatan Danau Toba.
Kedua, Hylobates a. unko (owa ungko dataran rendah) yang menyebar di wilayah dataran rendah di bagian utara Semenanjung Malaya dan bagian timur Sumatra di selatan Danau Toba.
Sebelumnya owa kalimantan (H. albibarbis) dimasukkan sebagai anak jenis owa ungko, tetapi kini dianggap sebagai spesies terpisah.
Ungko merupakan primata arboreal, artinya sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pohon dan jarang turun ke tanah. Pohon tak hanya digunakan sebagai tempat tidur dan bergerak, tetapi juga digunakan sebagai penghasil makanan utama.
Primata ini memakan buah-buahan sebagai komposisi utama, sehingga Ia disebut juga sebagai hewan frugivorous. Akan tetapi ungko tidak hanya memakan buah-buahan. Kera ini mengonsumsi bunga, insekta, dan dedaunan muda, namun dalam jumlah yang relatif sedikit.
Sebagai satwa frugivorous, owa memiliki peran dalam penyebaran biji-bijian untuk regenerasi hutan. Sebab itu, keberadaannya berperan penting dalam menjaga kelestarian hutan.
Sistem pergerakan ungko dilakukan dengan berayun dari pohon satu ke pohon lainnya. Hewan ini dengan lincah sehingga cukup sulit untuk diikuti di dalam hutan.
Untuk mengetahui keberadaan ungko, kita bisa mengenalinya melalui long call yang sering kali mereka suarakan di pagi hari atau sesaat setelah hujan. Long call ini bisa diartikan sebagai tanda wilayah kekuasaan bagi kelompok owa lain di sekitarnya.
Terancam punah
Ungko merupakan salah satu spesies satwa primata yang keberadaannya kini terancam punah. Pada 2008, International Union for Conversation of Nature (IUCN) menetapkan ungko termasuk ke dalam status genting atau terancam (Endangered Species).
Dalam Convention on International Trade in Endangered Species Wild Fauna and Flora (CITES), ungko masuk dalam kategori Appendix 1 yang berarti perdagangannya tidak boleh dilakukan secara internasional.
Di Indonesia, perlindungan owa ungko diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 ke 7.
Di alam liar, kera ini hidup dalam kelompok kecil. Predator yang diketahui hanya ular, macan dahan, dan mungkin elang. Ancaman perburuan dan perdagangan ilegal serta rusaknya habitat menjadi faktor utama menurunnya populasi kera ini.
Baca juga: Owa Jawa, Primata Asli Pulau Jawa yang Terkenal Setia