1001indonesia.net – Tokhtor sumatera atau sering disebut sebagai Sumatran Ground-Cuckoo (Carpococcyx viridis) adalah burung endemik Pulau Sumatera. Sebagian besar burung ini berada di Bukit Barisan. Populasi burung ini mengalami penurunan dan terancam punah.
Tokhtor sumatera merupakan satu dari tiga spesies tokhtor yang ada di dunia. Dua spesies lainnya adalah tokhtor kalimantan (Carpococcyx radiceus) dan Coral-billed Ground-cuckoo (Carpococcyx renauldi) yang terdapat di Thailand dan Vietnam. Dulunya, tokhtor sumatera dan tokhtor kalimantan dianggap satu spesies yang dinamai tokhtor sunda.
Burung ini memiliki ukuran tubuh yang besar (60 cm). Kaki dan paruhnya berwarna hijau. Mahkota hitam, sedangkan mantel, bagian atas, leher samping, penutup sayap dan penutup sayap tengah berwarna hijau pudar. Bagian bawah tubuh berwarna cokelat dengan palang cokelat kehijauan luas.
Tokhtor sumatera merupakan pemakan serangga. Suara burung ini keras, nada awal temponya tinggi, nada kedua temponya turun,
Seperti yang dilansir situs Mongabay, tokhtor sumatera pertama kali ditemukan sebanyak sembilan individu pada 1878, dan dijadikan spesimen, di sepanjang hutan primer Bukit Barisan pada ketinggian 300 hingga 1.400 meter di atas permukaan laut. Setelah itu, pada 1916, informasi penemuan jenis ini kembali menyeruak, namun tidak banyak hal yang bisa digali.
Pada 1997, setelah 81 tahun menghilang, burung ini ditemukan kembali pada rangkaian survei yang dilakukan The European Union–INTAG Forest Inventory and Monitoring Project bersama The Ministry of Forestry and Estate Crops, Jakarta. Disebutkan dalam Jurnal Forktail tahun 2002, tim ini melihat tokhtor sumatera dua kali. Pertama, tertangkap tidak sengaja akibat terkena jebakan untuk mamalia. Sedangkan yang kedua memang teramati.
Informasi pertemuan jenis ini pun berlanjut. Pada 2000, keberadaannya tercatat di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, Riau. Kemudian, pada 2006, burung ini kembali tertangkap kamera di TN Kerinci Seblat di ketinggian sekitar 1.100 m dpl. Pada 2007, disebutkan bahwa burung ini masuk perangkap pemburu ayam hutan namun dilepaskan lagi.
Burung ini kembali teramati pada 2017. Saat tim dari Taman Nasional Kerinci Seblat dan Fauna & Flora International – Indonesia Programme melakukan kegiatan monitoring populasi harimau sumatera, tanpa diduga tokhtor sumatera muncul di kamera jebak yang mereka pasang.
Tokhtor sumatera merupakan salah satu burung yang terancam punah, termasuk dalam 18 paling langka di Indonesia. Sedikit sekali masyarakat indonesia mengetahui keberadaan species ini.
Populasi burung ini diperkirakan hanya antara 50-250 ekor saja. Dengan habitat (daerah persebaran) seluas 26.000 km persegi di Pegunungan Barisan, Sumatera. Burung endemik yang langka ini mendiami hutan pegunungan rendah dengan ketinggian antara 800-1000 meter dpl.
Penyebarannya yang terbatas menjadikan Birdlife International dan International Union for Conservation Nature (IUCN) mengategorikan spesies ini ke dalam status kritis (Critically Endangered).
Baca juga: Kuau Raja, Maskot Satwa Sumbar yang Semakin Langka