Kopiah Riman, Kerajinan Khas Pidie dari Masa Kesultanan Aceh

855
Kopiah Riman
Kerajinan kopiah riman sudah ada sejak masa Sultan Iskandar Muda, raja terbesar Kesultanan Aceh yang memerintah dari tahun 1607-1636. (Foto: kendhil.com)

1001indonesia.net – Salah satu produk kerajinan yang terkenal dan unik dari daerah Aceh adalah kopiah riman. Konon kerajinan penutup kepala ini sudah ada sejak masa Sultan Iskandar Muda, raja terbesar Kesultanan Aceh yang memimpin dari tahun 1607-1636. Saat itu, kopiah ini dipakai oleh para bangsawan Pidie.

Dalam perjalanan waktu, keberadaan kopiah yang terbuat dari serat alami ini sempat menghilang. Pada 1985, satu keluarga di Desa Dayah Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie mulai membuat kembali kopiah riman. Awalnya pembuatan kopiah itu hanya untuk keperluan pribadi.

Seiring waktu, kopiah riman diminati masyarakat dan permintaannya terus meningkat. Sebab itu, kerajinan kopiah tersebut terus berkembang. Saat ini, para ibu di Desa Dayah Adan membuat kopiah sebagai usaha sampingan, selain bertani dan berdagang.

Sesuai namanya, kopiah ini dibuat dari serat pohon riman yang dulu banyak tumbuh di wilayah Aceh. Namun, saat ini pohon riman semakin langka. Sebab itu, para perajin menggantinya dengan serat dari pohon aren.

Baca juga: Pohon Enau atau Aren yang Kaya Manfaat

Kopiah riman dibuat secara tradisional di rumah para perajin. Proses pembuatannya bisa memakan waktu 15-30 hari.

Pertama-tama, pelepah aren dipukul-pukul untuk menghilangkan ampasnya. Setelah itu, serat-serat pada pelepah aren itu diambil dengan menggunakan jarum. Dari proses ini akan didapatkan dua jenis serat, yaitu serat halus untuk bagian luar kopiah dan serat kasar untuk bagian dalamnya.

Serat-serat pohon aren lalu direbus dalam panci beralas daun keladi bersama pewarna alami yang terbuat dari beragam tumbuhan, seperti daun peono, daun bunga tanjung, dan putik kelapa. Proses perebusan berlangsung sekitar 10 jam. Serat-serat itu kemudian direndam dalam lumpur.

Serat yang telah siap kemudian dirajut menjadi sebuah kopiah. Lama pengerjaan tergantung motif dan ukuran kopiah. Beberapa motif yang biasanya digunakan, antara lain corak pintu Aceh, ucok rebung, bungong keupula (bunga kupula), bungong tron, bungong puten, rantai, pagar, kaki kepiting, dan bunga tembak.

Kopiah yang dulunya dipakai para bangsawan dari Kesultanan Aceh itu kini menjadi peci bagi semua kalangan masyarakat Aceh. Kopiah ini juga populer sebagai cinderamata dari Aceh, khususnya dari daerah Pidie. Pasarnya tidak hanya di wilayah Aceh, tapi juga di wilayah-wilayah lainnya, bahkan menembus hingga Malaysia.

Pada 2014, kopiah riman ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indenesia dari Provinsi Nangroe Aceh Darusalam.

Baca juga: Tenun Serat Gamplong, Kerajinan Tenun Tradisional dari Serat Alami

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen − 5 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.