Kompangan, Kesenian Hadrah dari Jambi

1965
Kompangan Jambi
Penampilan Kelompok Kompangan Salwa Nada, Selasa (21/5/2019). (Foto: Tribun Jambi/Suang Sitanggang)

1001indonesia.net – Kompangan merupakan musik tradisional sejenis hadrah asal Jambi. Kesenian ini merupakan perpaduan dari seni musik rebana, lantunan sholawat, dan tarian khas Melayu.

Menurut KBBI edisi III, Kompangan adalah pembacaan salawat yang diiringi dengan pemukulan kompang dalam acara pernikahan, sunatan, cukuran. Kompangan berasal dari kata dasar kompang.

Kompang adalah alat musik yang digunakan dalam kesenian Kompangan. Alat musik ini serupa rebana, berbentuk gendang pipih bundar, dibuat dari tabung kayu pendek, ujungnya agak lebar, satu ujungnya diberi tutup kulit.

Kompang yang dimainkan terdiri atas beberapa ukuran. Masing-masing menghasilkan suara berbeda. Untuk menambah variasi suara, pada beberapa kompang diberi semacam simbal kecil yang terbuat dari bahan kuningan.

Kesenian bernapaskan Islam ini dikenalkan di Kampung Tengah, Kota Seberang, Jambi, pada 1940-an. Pada masa awal perkembangannya, Kompangan dibawakan oleh Kelompok Sembilan.

Itu sebabnya, awalnya Kompangan dikenal dengan nama Sambilan. Sambilan sendiri merupakan singkatan dari nama-nama pendirinya: Safaidin, Ahmad, Marzuki, Burhanudin, Ibrohim, Jalil, Ahmad Jalil dan Nawawi.

Para pemain mengenakan pakaian khas Melayu yang ditambahkan dengan lilitan kain songket pada bagian pinggang sampai ke lutut. Pemimpin kelompok memakai lilitan kain songket pada kepalanya berbentuk meruncing ke atas khas Melayu. Sedangkan anggota kelompok biasanya menggunakan peci hitam.

Dengan iringan rebana yang dimainkan oleh 8 sampai 20 orang laki-laki, para pemain Kompangan Jambi melantunkan sholawat yang dinukil dari kitab Al-Barzanji. Lantunan sholawat dalam kompangan tersebut berisi ungkapan rasa syukur terhadap rahmat dan karunia Allah Sang Pencipta.

Baca juga: Hadrah, Kesenian Rebana Terbangan

Awalnya Kompangan hanya ditampilkan dalam prosesi arak-arakan pengantin pria menuju kediaman pengantin perempuan. Kini kesenian ini juga ditampilkan dalam upacara khitanan, cukur rambut anak, sampai upacara penyambutan tamu kehormatan.

Sejak pertama kali berkembang di Jambi pada paruh pertama abad ke-20, kompangan Jambi terus diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi, semakin berkembang dan menjadi semakin populer.

Kesenian ini telah menyebar luas ke seluruh kabupaten di Provinsi Jambi. Di antaranya, Kabupaten Muaro Jambi, Merangin, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Batanghari.

Kesenian ini juga mulai dieksplorasi sebagai sumber garapan bagi musik kreasi. Karena demikian digemari, Festival Kombangan Jambi digelar setiap setahun sekali.

Baca juga: Blenggo Rebana, Kesenian Tari Silat dari Betawi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

seven + 7 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.