1001indonesia.net – Salah satu yang menjadi daya tarik Nusantara adalah kepulauan penyu. Pergerakan penyu sejak zaman dulu diyakini menjadi tanda adanya aliran arus hangat.
Dengan adanya kepulauan penyu dan posisi strategisnya—yang terletak di antara 2 samudera dan berada pada horizon kutub selatan—Nusantara menyimpan informasi mengenai masa mencari ikan, masa pelayaran, pembuatan perhentian-perhentian dalam arus dagang, dan pengembangan budaya baru.
Indonesia memiliki 6 jenis penyu—dari 7 jenis yang ada di dunia—yaitu penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, penyu pipih, penyu tempayan, dan penyu belimbing. Jenis yang disebut terakhir, panjang badannya dapat mencapai 2,75 meter dengan bobot 600-900 kilogram.
Dari aneka jenis penyu tersebut, dapat juga diidentifikasi pembiakannya. Penyu mempunyai penanda turun-temurun atas tempat bertelur dan jalur pengembaraan. Penyu hijau, misalnya, menjadi pengembara luar biasa, yang alur pengembaraannya terus menjadi pengamatan para ahli mengenai kondisi geografis dan geologis perairan dan pesisir dunia.
Nusantara menjadi titik penting bagi pengamatan ihwal hubungan antara penyu dan kehidupan manusia, seperti tampak di Kepulauan Derawan, Kepulauan Raja Ampat, Ujung Genteng Sukabumi (Jawa Barat), Tanjung Belimbing (Kalimantan Barat), dan Kepulauan Wakatobi.
Alam dan berbagai kehidupan di dalamnya adalah isyarat yang nyaris tak terbilang. Mencermati kepulauan rempah-rempah, kita melihat alam sebagai penunjuk mengenai bagaimana dunia flora dan fauna, termasuk manusia di dalamnya.
Penyu mengembara ratusan kilometer, namun selalu kembali ke tempat di mana mereka lahir. Jalur pengembaraannya menunjukkan jalur arus hangat perairan laut. Ketika kembali, penyu-penyu tersebut seperti memberi nilai terhadap tanah yang mereka datangi—mana yang mempunyai kehangatan tropis yang tepat.
Dari sinilah, kita dapat mengambil manfaat atas pengetahuan terhadap arus hangat dan kualitas pesisir, baik yang berguna bagi alam dan bagi manusia sendiri.