Gatot Mangkoepradja, Sosok di Balik Lahirnya PETA

1831
Gatot Mangkoepradja, Sosok di Balik Lahirnya PETA
Gatot Mangkoepradja bersama keluarga. (Foto: santijehannanda.com)

1001indonesia.net – Gatot Mangkoepradja merupakan pencetus lahirnya PETA yang nantinya menjadi salah satu pilar utama terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Indonesia merdeka. TKR merupakan cikal-bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sayang, sosok yang aktif berjuang melawan pemerintah kolonial ini tidak banyak dikenal masyarakat Indonesia.

Gatot Mangkoepradja lahir di Sumedang, Jawa Barat, pada 25 Desember 1898 dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya yang bernama Saleh Mangkoepradja merupakan  dokter pertama asal Sumedang. Sebagai anak priayi, Gatot memperoleh pendidikan yang cukup memadai. Ia sekolah di Hollandsch Indische School (HIS). Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke sekolah dokter bumiputera (STOVIA).

Tamat STOVIA, Gatot mulai aktif di pergerakan. Ia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI). Ketika Partai Nasional Indonesia (PNI) berdiri di Bandung pada 4 Juli 1927, ia segera bergabung dengan organisasi yang dipimpin oleh Sukarno tersebut.

Gatot kemudian menjadi salah satu tokoh pilar di PNI yang memperjuangkan revolusi Indonesia. Akibatnya, pada 24 Desember 1929, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan perintah penangkapan terhadap dirinya dan para pemimpin PNI lainnya.

Gatot Mangkoepradja ditangkap bersama Sukarno kemudian dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada 18 Agustus 1930, Gatot Mangkoepradja, Maskoen Soemadiredja, dan Soepriadinata mulai dihadapkan ke Landraad (pengadilan) Bandung. Dalam persidangan itu, Sukarno mengadakan pembelaan yang dikenal dengan pidato “Indonesia Menggugat”.

Pada 25 April 1931, PNI pecah menjadi Partindo dan PNI-Baru. Gatot Mangkoepradja bergabung dengan Partindo karena ia merasa partai ini mempunyai persamaan ideologi dengan PNI. Namun, tak lama kemudian, ia keluar dari Partindo karena merasa kecewa dengan Sukarno. Ia lalu bergabung dengan PNI-Baru pimpinan Hatta.

Pada masa penjajahan Jepang, Gatot Mangkoepradja yang telah dikenal baik oleh Jepang diberi wewenang untuk menjalankan gerakan 3A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.

Namun, Gatot tidak mau bersikap kooperatif sehingga ia ditahan oleh kempeitai (polisi militer Jepang). Setelah keluar dari tahanan, ia mengajukan usul kepada Jepang untuk membentuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Akhirnya, PETA terbentuk secara resmi pada 3 Oktober 1943 melalui Osamu Seirei No. 44 tahun 1943.

Pasca Indonesia merdeka, atau tepatnya pada 1947, Gatot kembali bergabung dengan PNI, setelah sebelumnya memilih keluar karena kecewa dengan sikap Sukarno. Gatot mendapat kepercayaan untuk menjadi anggota DPP PNI Yogyakarta. Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PNI menggantikan Sabillal Rasjad yang ditarik ke Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP).

Pada 1955, Gatot kembali meninggalkan PNI karena kecewa akibat dilarangnya anggota PNI untuk turut serta dalam organisasi kedaerahan.

Gatot Mangkoepradja meninggal pada 4 Oktober 1968. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman umum Sirnaraga, Bandung. Pada batu nisannya terdapat logo berupa topi baja dalam naungan padi dan kapas. Juga terdapat tulisan PETA yang diikuti dengan barisan kata:

Perintis Kemerdekaan RI
Bapak Pendiri Tentara Sukarela
Pembela Tanah Air

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 + 16 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.