Candi Sojiwan, Bangunan Buddhis dengan Relief Fabel di Kaki Candi

1847
Candi Sojiwan
Candi Sojiwan (Foto: bonvoyagejogja.com)

1001indonesia.net – Candi Sojiwan atau Candi Sajiwan terletak di Dukuh Kalongan, Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasinya kira-kira dua kilometer dari Candi Prambanan ke arah selatan. Diduga candi ini merupakan kelompok sebaran dari Kompleks Candi Prambanan.

Candi Sojiwan terletak di area lahan seluas 8.140 meter persegi. Luas bangunan utama candi sekitar 401,3 meter persegi dengan tinggi bangunan kurang lebih 27 meter.

Candi peninggalan Mataram Hindu ini menghadap ke barat. Di dalam kompleks candi ditemukan arca dwarapala yang sudah rusak. Kini arca tersebut tersimpan di pos penjagaan di kompleks candi ini.

Tangga Candi Sojiwan terletak di sisi timur, diapit arca makara. Namun, hanya satu makara yang masih utuh. Satu makara lainnya sudah hilang. Pada ujung atas tangga terdapat gawang pintu gerbang. Di pintu gerbang tersebut terukir kala.

Tubuh Candi Sojiwan aslinya penuh dengan ukiran sulur-suluran. Akan tetapi, karena banyak batu yang hilang maka dilakukan penggantian dengan batu yang masih polos.

Di tengah bangunan utama candi terdapat ruangan yang cukup besar. Ruangan itu kini kosong, hanya terdapat relung dan singgasana. Arca Boddhisatwa yang dulunya ada di sana kini sudah hilang.

Satu arca Buddha yang telah rusak dan hilang kepalanya ditemukan di candi ini. Kini arca tersebut tersimpan di pos penjagaan.

Atap candi bersusun tiga bertingkat-tingkat. Pada tingkatan-tingkatan ini terdapat jajaran stupa-stupa. Pada bagian puncak candi terdapat stupa yang besar.

Candi Sojiwan
LOkasi Candi Sojiwan tidak jauh dari Candi Prambanan, kira-kira 2 kilometer ke arah seletan. (Foto: jejakpiknik.com)

Candi Sojiwan baru selesai dipugar dan dibuka sebagai tempat wisata pada 2011. Mungkin karena terhitung baru, candi ini belum dikenal luas oleh masyarakat.

Sejarah pendirian bangunan suci ini mencerminkan hubungan yang harmonis antarumat beragama di masa silam.

Menurut Prasasti Rukam (907 M), Raja Dyah Balitung dari kerajaan Mataram Kuno mendirikan bangunan suci yang bercirikan agama Buddha sebagai bentuk penghormatan terhadap neneknya. Raja Dyah Balitung beragama Hindu, sedangkan neneknya yang bernama Nini Haji Rakryan Sanjiwana beragama Buddha.

Yang spesial dari bangunan kuno ini adalah adanya relief yang diambil dari cerita fabel Pancatantra atau Jataka. Jumlah relief yang terdapat pada kaki candi itu ada 12 adegan. Cerita relief dibaca menuju ke selatan (mapradakṣiṇa).

Salah satu kisah dari relief tersebut menggambarkan dua orang pria sedang berkelahi. Pria sebelah kiri berada dalam posisi menyerang. Ia memegang sebuah pedang pada tangan kanannya yang tegak berdiri ke atas. Tangan kirinya dikepalkan dan menuding kepada figur yang berada di sebelah kanan. Kaki kirinya berdiri dan memberi kesan seakan-akan menendang.

Sedangkan figur yang duduk di sebelah kanan membelakangi figur yang satunya. Mulutnya terbuka, ia berambut keriting dan memakai sebuah kalung dan gelang. Tangan kirinya memegang sebuah payung. Posisi figur ini seolah-olah terganggu dan kontras terhadap figur yang satunya.

Relief di Candi Sojiwan
Relief dua orang sedang berkelahi di Candi Sojiwan. (Foto: Wikipedia)

Relief lainnya melukiskan cerita perlombaan antara garuda dan kura-kura menyeberangi samudra. Dikisahkan, Garuda kalah karena disiasati oleh kura-kura yang cerdik.

Relief lainnya menggambarkan kera dan kura-kura, tikus dan ular, serigala dan wanita, raja dan putri patih, gajah dan kambing, manusia singa, serigala dan banteng, singa dan banteng.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twenty − eleven =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.