Bidai, Tikar Rotan khas Kalimantan Barat

1711
Tikar Bidai
Tikar bidai terbuat dari rotan dan kulit kayu. (Foto: prcfindonesia.org)

1001indonesia.net – Bidai, bide’, atau kasah bide’ merupakan karya seni kriya tradisional masyarakat Bidayuh di Bengkayang, Kalimantan Barat. Terbuat dari rotan dan kulit kayu kapoa atau kapuak, tikar bidai kuat dan tahan lama.

Pada masa lalu bidai banyak digunakan untuk menjemur hasil panen berupa padi-padian atau palawija, dan juga digunakan untuk perlengkapan rumah. Baik untuk alas tidur atau fungsi lainnya yang sejenis.

Tikar bidai yang kuat dan tahan lama cocok untuk digunakan untuk berbagai keperluan. Meski sering terkena air hujan dan sinar matahari langsung, tikar ini tidak cepat rusak.

Bahan baku bidai yang terbuat dari rotan dan kulit kayu ini mencerminkan kondisi alam di sekitar tempat tinggal masyarakat Bidayuh yang kaya akan hasil hutan, utamanya rotan.

Keunggulan

Karena bahan bakunya yang terbuat dari rotan kecil dan kulit kayu, tikar bidai kuat dan tahan lama. Sekalipun sering terendam air dan terkena panas matahari langsung, tikar dengan anyaman yang khas ini tidak gampang rusak.

Produk asli dari Kalimantan Barat ini juga nyaman dipakai. Bidai memberikan suasana yang sejuk sehingga cocok dipakai di daerah yang beriklim panas, seperti Indonesia. Tikar ini dapat digunakan layaknya karpet, baik di ruang keluarga, ruang tamu, ruang tidur, maupun ruang makan.

Selain kuat dan tahan lama, tikar ini juga sangat sedikit menyimpan debu dan mudah dibersihkan. Apabila terkena kotoran atau noda dari makanan dan minuman, cukup dibersihkan dengan dilap basah atau langsung dijemur. Dengan keunggulan itu, tidak heran jika bidai bisa digunakan untuk segala keperluan.

Proses pembuatan

Tikar bidai dibuat dengan motif dari selingan kulit kayu kapoa. Proses pembuatannya masih tradisional atau dilakukan secara manual. Setidaknya ada enam tahapan dalam pembuatan bidai, yaitu membelah rotan, menjemur rotan, meraut atau menghaluskan rotan, menganyam rotan, mengikat ujung rotan, dan terakhir menjemur tikar yang telah jadi.

Untuk membuat warna hitam, rotan direbus dalam larutan pewarna alami yang terbuat dari daun jengkol, kulit dan daun rambutan, dan serbuk gergaji kayu. Setelah direbus, rotan direndam lagi dalam lumpur selama seminggu. Hasilnya, akan didapatkan rotan yang warnanya hitam asli dan tidak akan luntur.

Sedangkan untuk kulit kayu diambil dari pohon kapoa. Tanaman ini berdiameter 10-15 cm dan tingginya sekitar 5-7 meter. Kulit pohon yang sudah dikelupas dipisahkan lagi dari kulit luarnya. Setelah itu, kulit pohon dijemur dan dihaluskan dengan cara dipukul-pukul dengan palu kayu.

Karena proses pembuatan yang tidak mudah dan dilakukan secara manual, rotan sebagai bahan baku pembuatnya yang semakin sulit didapat, serta keunggulan kualitasnya membuat harga tikar bidai di pasaran terhitung mahal.

Baca juga: Songket Pandai Sikek, Kemewahan Selembar Kain Bersulam Emas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen + nineteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.