1001indonesia.net – Angkutan umum merupakan salah satu sarana vital bagi penduduk ibu kota. Dalam perkembangannya, DKI Jakarta sebagai ibu kota Indonesia memiliki beragam sarana transportasi yang digunakan masyarakat umum.
Berikut beberapa transportasi umum yang pernah digunakan di Jakarta sejak masa Hindia Belanda.
Delman
Pada masa kolonial, delman adalah alat transportasi umum yang digunakan oleh masyarakat Hindia, termasuk Batavia. Jenis angkutan ini belum menggunakan mesin, melainkan tenaga kuda. Delman digunakan masyakarat Batavia hingga tahun 1940-an.
Nama delman diambil dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur ahli bangunan irigasi. Deeleman datang dari Belanda untuk mengerjakan proyek irigasi di Batavia.
Saat ini, delman digunakan untuk menambah daya tarik berbagai tempat wisata di Jakarta, seperti di Taman Margasatwa Ragunan dan Kampung Budaya Betawi Setu Babakan.
Trem
Ketika warga Batavia masih menggunakan delman, pemerintah Belanda juga membuat trem sebagai angkutan umum. Pada awalnya trem ditarik oleh kuda. Trem kuda digunakan sebagai transportasi umum sejak 1869. Ide ini muncul dari seorang Belanda bernama Martinus Petrus.
Petrus menghendaki sarana transportasi umum yang dapat mengangkut lebih banyak manusia dalam sekali perjalanan. Trem ini ditarik oleh empat ekor kuda yang berjalan di atas rel besi (tramway).
Namun, ada beberapa masalah yang ditimbulkan trem kuda. Banyak juga kuda penarik trem yang mati. Bahkan, dari waktu ke waktu, angkanya semakin tinggi.
Masalah lain adalah kebersihan. Kuda-kuda penarik buang hajat dan kencing sembarangan sehingga sepanjang rel yang dilewati dipenuhi kotoran dan bau tak sedap.
Pada 1881, trem kuda diganti dengan trem uap. Pada 1897, hadir trem listrik. Kehadiran trem listrik membuat pamor trem uap meredup.
Trem listrik dikelola oleh perusahaan Electriche Tram Mij. Rute yang dilayani lebih banyak dibandingkan trem-trem sebelumnya. Ada lima rute atau Lin yang dilayani trem listrik.
- Lin 1 melayani rute Menteng – Kramat – Senen – Vrijmetselaarweg – Gunung Sahari – Kota bawah (PP).
- Lin 2 melalui Menteng – Willemslaam – Harmoni (PP).
- Lin 3 : Menteng – Willemslaam – Vrijmetselaarweg (PP).
- Lin 4 : Menteng – Tanah Abang – Harmoni (PP), dan
- Lin 5 : Vrijmetselaarweg – Willemslaam – Harmoni (PP).
Pada 1957, perusahaan Batavia Verkeer Matschapij (BVM) yang menjadi pemilik trem uap dan trem listrik serta mengelola bus, diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan berganti nama menjadi Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD).
Trem listrik kemudian diganti oleh bus karena dianggap tak lagi menguntungkan. Pada 1960-an, semua perjalanan trem dihentikan. Rel-rel besi bekas trem itu ditutupi aspal karena jika dibongkar biayanya akan lebih tinggi. Sejak itu, berakhirlah riwayat trem di Jakarta yang pernah mewarnai kehidupan warganya.
Becak
Antara tahun 1930-1989, becak masuk di Indonesia. Becak biasanya mangkal di aera pemukiman. Becak sendiri digunakan warga Jakarta sebagai angkutan penghubung.
Pada tahun 1966 keberadaan becak di Jakarta mencapai 160 ribuan. Karena jalan Jakarta mulai dipenuhi kendaraan pribadi, sekitar tahun 1989 Pemprov DKI melarang keberadaan becak karena disinyalir menjadi penyebab kemacetan.
Oplet
Oplet merupakan nama bagi mobil penumpang ukuran kecil yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Pada 1960-an dan 1970-an oplet menjadi kendaraan umum paling populer di Jakarta.
Konon nama “oplet” berasal dari gabungan Opel Let atau Opel kecil. Pendapat lain mengungkapkan bahwa nama “oplet” berasal dari nama Chevrolet sampai auto let.
Namun, karena dirasa semakin tua, Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo mengeluarkan sebuah kebijakan pada 1979 untuk menghapus Oplet dari Jakarta untuk digantikan dengan angkutan yang lebih modern, yaitu mikrolet.
Nama oplet kembali terangkat ketika pada 1990-an, RCTI menayangkan sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dalam sinetron tersebut, oplet digunakan oleh Si Doel (Rano Karno) dan Mandra untuk mencari nafkah.
Bemo
Bemo atau becak motor mulai dikenal di Jakarta tahun 1962. Awal keberadaannya terkait dengan ajang olahraga Ganefo.
Popularitas kendaraan beroda tiga ini mulai redup sekitar tahun 1971 karena dianggap sudah tua dan tidak ramah lingkungan.
Kendati sudah dilarang sejak tahun 1979-an, di beberapa kawasan hingga tahun 2000-an masih terlihat keberadaan bemo di kawasan Benhil, Stasiun Klender, Tanah Abang, Mangga Besar, dan Stasiun Manggarai.
Helicak
Pada 1970, Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur Jakarta pada masa itu mencanangkan helicak sebagai pengganti becak yang dianggap tidak manusiawai. Nama helicak berasal dari gabungan kata helikopter dan becak. Bentuknya memang mirip dengan helikopter dan becak.
Angkutan umum ini mulai diluncurkan pada 24 Maret 1971. Mesin dan bodi utama kendaraan ini adalah skuter Lambretta yang didatangkan dari Italia.
Seperti halnya becak, pengemudi helicak duduk di belakang, sementara penumpangnya duduk di depan dalam sebuah kabin dengan kerangka besi dan dinding dari serat kaca sehingga terlindung dari panas, hujan ataupun debu, sementara pengemudinya tidak.
Sebagian orang menilai kendaraan ini tidak aman bagi penumpang, karena bila terjadi tabrakan, si penumpanglah yang pertama kali akan merasakan akibatnya.
Karena hanya bisa memuat dua penumpang, keberadaan helicak hanya bertahan beberapa tahun saja. Angkutan umum ini tidak dikembangkan lebih lanjut dan dilarang beroperasi oleh Pemprov DKI pada 1987.
Taksi
Blue Bird mulai memperkenalkan pelayanan transportasi umum berupa mobil dengan menggunakan argometer pada 1972, yang kita kenal dengan nama taksi.
Nama “taksi” sendiri berasal dari kata taximeter, yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau waktu yang ditempuh sebuah taksi sehingga supir bisa menentukan harga yang harus dibayar.
Bajaj
Bajaj, kendaraan roda tiga yang suaranya berisik ini mulai populer pada tahun 1970. Bajaj beroda tiga, satu di depan dan dua di belakang. Bentuk kemudinya mirip kemudi sepeda motor.
Di Jakarta, warna bajaj ada dua, yaitu biru dan oranye. Di pintu depan bajaj, biasanya tertulis daerah operasi bajaj, yang biasanya terbatas pada satu kota madya saja.
Kapasitas penumpang bajaj adalah dua orang, atau ditambah satu anak kecil. Penumpang duduk di belakang sopir bajaj.
Karena fisiknya yang relatif kecil, bajaj dapat diandalkan untuk menerobos kemacetan ibu kota. Kini bajaj menggunakan bakar gas yang ramah lingkungan.
Angkutan Kota atau Mikrolet
Angkutan kota (angkot) atau mikrolet diperkenalkan di Jakarta pada 1970 sebagai pengganti Bemo dan oplet yang dapat menampung banyak penumpang. Nama “mikrolet” berasal dari gabungan dari kata “mikro” dan “oplet”.
Sampai saat ini, mikrolet masih beroperasi. Beberapa rutenya bahkan telah dibeli oleh Pemprov DKI dan menjadi bagian dari sistem integrasi transportasi publik di Jakarta.
Metromini
Diperkenalkan pada tahun 1962, Metromini awalnya hanyalah bis yang akan digunakan untuk kebutuhan transportasi peserta Pesta Olahraga Nasional. Namun, hingga saat ini Metromini masih beroperasional dan menjadi transportasi alternatif karena banyak menjangkau banyak daerah di Jakarta.
Keberadaan Metromini mulai redup sejak adanya bus Transjakarta. Banyak rutenya telah diambil alih oleh bus Transjakarta. Lahirnya beragam layanan angkutan umum lainnya, seperti transportasi online dan Moda Raya Terpadu (MRT), juga semakin meminggirkan Metromini.
Bus Tingkat
Tahun 1985-1990, bus tingkat beroperasional di Jakarta dan dapat menampung hingga 200 penumpang. Sempat redup sebagai angkutan umum di Jakarta, bus tingkat diperkenalkan kembali pada 2014 sebagai sarana bus wisata.
Bus Transjakarta
Diperkenalkan pada tahun 2004 dan masih beroperasional hingga saat ini, bus Transjakarta hadir untuk memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, dan terjangkau bagi warga Jakarta.
Transportasi Online
Sejak 2014-2015, Indonesia dihebohkan dengan transportasi baru berbasis sistem aplikasi online yang menawarkan jasa ojek dan taki online. Sempat mengalami pro dan kontra, hadirnya transportasi online ini menjadi pilihan banyak warga Jakarta dengan tarif murah dan menghemat waktu.
MRT
MRT atau Moda Raya Terpadu mulai dibangun pada 10 Oktober 2014 dan diresmikan pada 24 Maret 2019. Saat ini, MRT merupakan angkutan umum termodern di Jakarta. Sejak diresmikan dan beroperasi, MRT menjadi primadona warga Jakarta.