1001indonesia.net – Ukuran tubuh gajah kalimantan atau gajah borneo (Elephas maximus borneensis) lebih kecil dibanding gajah pada umumnya. Sementara gajah asia bisa setinggi 3,5 meter, gajah afrika mencapai 4 meter, tinggi gajah kalimantan maksimal hanya 2,5 meter.
Menjadi jenis gajah termungil di dunia, satwa ini dijuluki sebagai gajah kerdil atau Borneo Pygmy Elephant. Kendati ukurannya kecil, gajah kalimantan sanggup berjalan sejauh tujuh hingga 13 kilometer dalam sehari.
Selain itu, gajah kalimantan memiliki panjang ekor yang unik. Ekornya bisa mencapai lantai tanah. Gajah ini juga memiliki telinga yang lebih lebar dan bentuk gadingnya relatif lebih lurus dibanding gajah-gajah lainnya.
Raut mukanya terlihat seperti bayi gajah, dan sifatnya tidak agresif. Tubuhnya pun lebih membulat dibanding badan gajah sumatera yang lebih ramping.
Gajah kalimantan merupakan subspesies dari gajah asia. Satwa ini hanya bisa ditemukan di daerah yang kecil di Borneo, di antaranya di wilayah Sabah Malaysia dan wilayah utara Kalimantan Timur.
Di habitatnya, gajah betina umumnya hidup berkelompok. Gajah jantan hidup menyendiri dan hanya bertemu dengan betina saat musim kawin. Betina hanya melahirkan satu anak dengan periode kehamilan 19 hingga 21 bulan.
Masyarakat suku Dayak Agabag yang berada di sekitar habitat gajah kalimantan menyebut gajah dengan sebutan “Nenek”. Gajah dianggap sebagai binatang yang sakral dan tidak boleh diganggu atau dimusuhi. Orang yang melanggarnya akan bernasib buruk.
Langka
Saat ini, jumlah gajah endemik Kalimantan ini hanya sedikit tersisa. Di Indonesia, diperkirakan tinggal berjumlah 30 sampai 80 ekor saja. Dari jumlah itu, 5-20 di antaranya diperkirakan adalah gajah jantan. Sebab itu, IUCN menetapkan gajah kalimantan dalam status spesies yang terancam punah (endangered).
Habitat utama gajah di Kalimantan terdapat di Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Gajah kalimantan tersebar di sekitar hulu Sungai Sebuku, Kalimantan Utara, yaitu di Sungai Agison dan Sungai Sibuda bagian barat serta Sungai Apan dan Sungai Tampilon di bagian timur.
Sementara jumlah gajah kalimantan di wilayah Sabah, Malaysia, jumlahnya lebih banyak, diperkirakan mencapai 1.500-2.000 ekor. Habitatnya berbatasan langsung dengan Kecamatan Tulin Onsoi.
Habitat gajah kalimantan masuk dalam wilayah “Heart of Borneo” atau wilayah inisiatif dari Brunai Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dalam upaya menjaga lingkungan.
Meski jumlah populasi lebih sedikit dibanding dengan yang berada di negara tetangga, keberadaan gajah kalimantan di Indonesia tetap berarti bagi keanekaragaman hayati yang dimiliki negara ini. Habitat gajah kalimantan harus dipertahankan di tengah ancaman terhadap habitat aslinya.
Kerusakan habitat
Konversi hutan dan lahan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dinilai menjadi penyumbang utama hilangnya habitat gajah di Kalimantan. Sejak 2003 hingga 2010, sekitar 16 persen area habitat gajah Borneo beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Akibatnya, area pergerakan gajah untuk beraktivitas dan mencari makan semakin terbatas dan membuatnya masuk ke kawasan manusia.
Untuk itu, sisa habitat utama gajah harus dapat dipertahankan. Selain itu, pencegahan terhadap perburuan juga perlu digalakkan.
Upaya konservasi juga harus terus ditingkatkan, mengingat ke depannya berbagai tantangan dan hambatan untuk mempertahankan dan meningkatkan daya dukung populasi dan habitat gajah kalimantan semakin meningkat.
Baca juga: Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon