1001indonesia.net – Mengunjungi candi-candi bisa menjadi sarana yang sangat baik bagi pembelajaran sejarah peradaban di masa silam. Selain itu, candi juga bisa menjadi wisata alternatif yang murah dan menyenangkan. Jika tertarik, Anda bisa mengunjungi Sleman yang memiliki beragam situs candi yang menarik.
Berabad-abad lalu, kawasan di utara Kota Yogyakarta ini merupakan pusat kota Kerajaan Mataram Hindu. Di tempat ini, candi-candi dibangun sebagai tempat pemujaan dan prestise kerajaan. Setelah terbenam selama berabad-abad di bawah tanah akibat erupsi Gunung Merapi, satu per satu candi-candi tersebut ditemukan.
Berikut sepuluh candi yang terletak di Kabupaten Sleman.
Candi Sambisari
Peninggalan sejarah yang dibangun pada masa kejayaan Mataram Hindu ini terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan. Didirikan pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Rakai Garung, candi ini memiliki keunikan tersendiri. Letaknya yang lebih rendah dari tanah desa sekitar membuat pengunjung harus menuruni tangga setelah melewati loket masuk candi.
Keberadaan Candi Sambisari mulai terkuak setelah seorang petani bernama Karyowinangun menemukan salah satu bagian candi saat mencangkul sawahnya pada 1966. Berdasarkan temuan tersebut, Dinas Kepurbakalaan kemudian melakukan penelitian dan penggalian.
Perlu waktu 2 dasawarsa untuk merampungkan proses ekskavasi hingga rekonstruksi bangunan. Candi ini baru selesai dipugar pada 1987. Peninggalan sejarah ini dinamakan sesuai dengan nama desa tempat ia ditemukan.
Baca juga: Candi Sambisari, Wisata Budaya di Kabupaten Sleman
Candi Sari
Candi Sari lokasinya tidak jauh dari Candi Sambisari, tepatnya 5 km ke arah timur. Candi ini berada di Dusun Bendan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman.
Candi Sari dibangun pada masa pemerintahan Rakai Penangkaran pada abad ke-8, bersamaan dengan Candi Kalasan. Kedua candi tersebut memang saling terkait. Tak heran jika banyak kesamaan di antara keduanya, baik dari segi arsitekturnya maupun reliefnya.
Bangunan yang menghadap ke timur ini terdiri dari 3 ruang berjajar dengan 2-3 tingkatan. Dari komponen interior dan struktur bangunannya, tampak bahwa Candi Sari dulunya digunakan sebagai biara para pendeta Buddha.
Candi Kalasan
Candi Kalasan terletak di Jl. Raya Jogja-Solo Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman. Bangunan bersejarah ini dibangun pada abad ke-8 sebagai tempat pemujaan Dewi Tara.
Dasar bangunan Candi Kalasan berbentuk bujur sangkar. Panjang masing-masing sisinya 45 meter. Tinggi candi ini sendiri sekitar 34 meter.
Candi Kalasan terkenal sebagai candi yang indah hiasannya dan sangat halus pahatan batunya. Ornamen dan relief pada dinding luarnya dilapisi sejenis semen kuno yang disebut Vajralepa.
Yang menarik dari pembangunan Candi Kalasan dan juga Candi Sari adalah meski keduanya bercorak Buddha, Rakai Panangkaran sebagai pendirinya merupakan penganut agama Hindu.
Baca juga: Candi Kalasan, Simbol Kerukunan Umat Beragama di Masa Lampau
Candi Prambanan
Candi yang berada di Desa Bokoharjo ini sudah mendunia. Kompleks candi ini merupakan candi tertinggi dan termegah yang ada di Indonesia. Candi Prambanan dibangun oleh Raja Balitung Maha Sambu dari Wangsa Sanjaya. Bangunan ini dipersembahkan kepada Trimurti atau tiga dewa utama dalam agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Terdapat 6 candi yang berdiri menjulang, yakni Candi Wisnu, Siwa, Brahma, Garuda, Nandi, dan Angsa. Keenamnya berada di pelataran dalam. Sedangkan di pelataran tengah terdapat reruntuhan yang sebenarnya merupakan puluhan candi kecil.
Baca juga: Gugus Candi Prambanan, Mahakarya Peradaban Hindu di Indonesia
Situs Ratu Boko
Situs Candi Boko terletak 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan. Tempat ini tidak seperti candi-candi peninggalan Mataram Hindu pada umumnya. Situs Ratu Boko merupakan kompleks keraton dengan lahan seluas 25 hektare.
Diperkirakan kompleks istana ini dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha. Namun, bangunan ini kemudian diambil alih oleh para raja Mataram Hindu. Itu sebabnya, kompleks ini dipengaruhi oleh baik agama Hindu maupun Buddha.
Situs Ratu Boko ditemukan oleh orang Belanda bernama H.J. De Graff. Ia mendapat informasi dari orang-orang Eropa yang berkunjung ke Jawa bahwa ada peninggalan sejarah yang menarik berupa reruntuhan keraton di Bokoharjo.
Situs purbakala ini terletak di ketinggian dengan pemandangan yang indah apalagi menjelang matahari terbenam.
Baca selengkapnya: Candi Ratu Boko, Kemegahan Istana Kuno Peninggalan Mataram Hindu
Candi Banyunibo
Candi ini berada di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan. Puncak candi ini dihiasi dengan stupa yang menjadi ciri khas candi Buddha.
Candi yang dibangun pada abad ke-9 ini masih digunakan sebagai tempat beribadah umat Buddha. Di sisi timur candi terdapat salah satu destinasi digital Jogja, yakni Pasar Banyunibo.
Baca selengkapnya: Candi Banyunibo, Destinasi Wisata Sejarah di Sleman
Candi Barong
Candi ini terletak di sebelah tenggara Situs Ratu Boko dan dikelilingi perbukitan Gunung Batur. Dinamakan Candi Barong karena adanya ornamen hiasan kala di setiap sisi candi. Hiasan tersebut menyerupai barong.
Lokasi candi yang dibangun sekitar abad kesembilan sampai kesepuluh berada di Dusun Candisari, Desa Sambirejo. Setelah lama terbenam, bangunan kuno ini ditemukan kembali dalam kondisi runtuh oleh seorang Belanda. Penemuan itu terjadi sekitar tahun 1913 pada saat perluasan perkebunan tebu untuk mendukung produksi gula.
Baca juga: Candi Barong, Pesona Peninggalan Peradaban Hindu di Bukit Prambanan
Candi Ijo
Candi Ijo merupakan kompleks candi yang terletak paling tinggi di Jogja. Berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, candi bercorak Hindu ini berada di perbukitan Batur Agung pada ketinggian 410 meter di atas permukaan laut.
Karena terletak di ketinggian, lokasi di sekitar Candi Ijo memiliki pemandangan yang indah. Kompleks candi dengan luas 0,8 hektare ini memiliki 17 bangunan.
Baca juga: Candi Ijo, Keindahan Candi Hindu yang Terletak di Ketinggian
Candi Abang
Candi Abang yang terletak Dusun Blambangan, Jogotirto, Berbah ini berada di perbukitan. Penamaan candi ini didasarkan pada bata merah yang digunakan untuk membangun candi. Kata abang berasal dari bahasa Jawa yang berarti merah.
Tidak seperti candi-candi lainnya, bangunan Candi Abang tidak bisa disaksikan secara langsung karena tertimbun oleh tanah yang membentuk perbukitan setinggi 6 meter.
Tak jauh dari lokasi Candi Abang, terdapat Gua Jepang. Gua ini merupakan salah satu dari 3 Gua yang aktif dipakai Jepang pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia.
Bukit yang menutupi Candi Abang kerap disebut sebagai Bukit Teletubbies. Bentuknya memang mirip dengan bukit yang ada di film anak-anak itu. Dari bukit ini, wisatawan bisa memandang sisi timur Jogja dengan tenang.
Candi Gebang
Awal penemuan Candi Gebang dimulai ketika penduduk sekitar menemukan arca Ganesha pada 1936. Berdasarkan penemuan tersebut, Jawatan Purbakala saat itu melakukan penelitian dan penggalian. Kemudian diketahui bahwa arca tersebut merupakan bagian dari bangunan candi.
Penggalian yang dilakukan oleh Jawatan Purbakala menemukan reruntuhan bangunan yang terdiri dari bagian atap candi, sebagian kecil tubuh candi, dan bagian kaki candi. Berdasarkan penemuan tersebut, dilakukan pemugaran yang dipimpin oleh warga negara Belanda bernama Van Romondt pada 1937.