Tengkawang, Tanaman Endemik Kalimantan yang Kaya Manfaat

2557
Pohon Tengkawang
Foto: goodnewsfromindonesia.id

1001indonesia.net -Tengkawang adalah nama buah dan pohon dari beberapa jenis Shorea, suku Dipterocarpaceae, yang hanya terdapat di Kalimantan. Pohon yang menjadi identitas flora Kalimantan Barat ini menghasilkan minyak nabati yang berharga tinggi.

Masyarakat Dayak Kalimantan Barat mengenal tanaman ini dengan nama lokal, ajul, engkabang, engkabang bintang, engkabang rambai, engkabang tukul, engkabang tungkul, lelanggai, seput undai, dan tegelam.

Pohon yang kaya akan manfaat ini sempat menjadi komoditas andalan Kalimantan Barat, terutama tengkawang tungkul. Di awal 1990-an, ekspor tengkawang mencapai 3519,2 ton dengan nilai US$ 7.707.800 

Penghasil minyak nabati

Pohon tengkawang dibudidayakan sejak 1981. Masuk dalam genus Shorea atau meranti membuat pohon ini mempunyai nilai ekonomis yang baik, yakni penghasil minyak nabati.

Biji tengkawang diolah untuk menghasilkan minyak nabati. Turunannya juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan makanan, cokelat, pelumas, obat, lilin, dan kosmetik.

Foto: PRCF Indonesia

Minyak tengkawang diperoleh dari biji tengkawang yang telah dijemur atau disalai hingga kering, yang kemudian ditumbuk dan dikempa. Secara tradisional, minyak tengkawang ini dimanfaatkan untuk memasak, sebagai penyedap makanan dan untuk ramuan obat-obatan.

Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa lalu tengkawang juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya. Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter.

Produksi

Sebagaimana umumnya Shorea, tengkawang tidak selalu setiap tahun berbuah. Namun, ada waktu-waktu tertentu setiap beberapa tahun sekali di mana produksi tengkawang berlimpah, yang umum dikenal sebagai musim raya. Pada musim seperti ini, pohon-pohon tengkawang di banyak daerah berbunga dan berbuah pada saat yang hampir bersamaan, dan dalam jumlah yang berlimpah.

Foto: wikimedia.org

Meskipun beberapa jenisnya telah banyak ditanam penduduk, sebagian besar produksi datang dari tumbuhan liar di hutan-hutan alam.

Ketika musimnya tiba, buah-buah geluk tengkawang yang berjatuhan di sekitar pohon segera dipunguti dan dikumpulkan oleh warga setempat, sebelum buah-buah itu dimakan oleh babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya. Biji tengkawang yang bergizi tinggi disukai oleh banyak binatang hutan.

Buah tengkawang juga lekas tumbuh karena tidak memiliki masa dormansi. Dalam beberapa hari saja, apabila tidak dipungut, buah-buah yang jatuh ke tanah lembap akan segera berkecambah.

Hingga sekarang, beberapa komunitas Dayak masih mengumpulkan buah tengkawang meskipun pohon tengkawang semakin berkurang. Buah-buah yang dikumpulkan itu dibawa pulang untuk dijemur atau disalai, yakni dikeringkan dengan cara diasapi.

Pada musim raya, puluhan gubuk khusus untuk menyalai dibuat orang di sekitar pemukiman orang-orang Dayak di pedalaman Kalbar. Setelah beberapa hari disalai dan cukup kering, biji-biji tengkawang itu diangkut dan dijual ke kota.

Pohon-pohon tengkawang yang telah tua dan tidak lagi produktif biasanya ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Kayu tengkawang dalam dunia perdagangan umumnya tergolong ke dalam kayu meranti merah. Tengkawang terutama diproduksi oleh Kalimantan Barat, Sarawak, dan sedikit dari Kalimantan Tengah serta Kalimantan Timur.

Karena memiliki banyak manfaat, suku Dayak di Kalimantan menganggap tengkawang sebagai pohon kehidupan. Bahkan, karena manfaatnya yang penting pohon ini diwariskan kepada keturunannya.

Baca juga: Areca Jokowi, Spesies Pinang Baru dari Tanah Papua

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

17 − six =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.