Ukiran menjadi Bagian dari Kehidupan Orang Asmat

1092

1001indonesia.net – Tak hanya untuk membuat karya yang indah, mengukir kayu menjadi bagian dari spiritualitas suku Asmat. Ukiran kayu berfungsi sebagai penghubung orang Asmat dengan roh-roh nenek moyang mereka.

Itu sebabnya, ukiran Asmat memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Ukiran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang Asmat. Menjadi sarana pengingat dan bagian dari ritual penghormatan pada leluhur mereka.

Dilansir dari Nabire.net, suku Asmat percaya bahwa pengetahuan dan keahlian mengukir mereka merupakan peninggalan dari nenek moyang yang bernama Fumiripitsy. Ahli ukir itu telah menciptakan sebuah tifa yang indah sekali yang diberi nama Eme serta patung-patung yang diberi nama Mbis.

Menurut cerita turun-temurun, apabila tifa itu ditabuh, maka patung Mbis akan menjelma menjadi manusia yang menari mengikuti bunyi tifa. Fumiripitsy berkata kepada Mbis, mulai saat itu Mbis menjadi anak-anaknya.

Baca juga: Tari Tifa Papua dan Maluku, Ekspresi Manusia dalam Musik dan Gerak

Setiap ukiran kayu suku Asmat mempunyai pola yang tidak sama satu dengan yang lain. Saat hendak membuat ukiran, orang Asmat bahkan tidak membuat polanya terlebih dahulu.

Setiap pola ukiran sudah tertanam dalam pikiran mereka yang diadopsi dari pengalaman serta lingkungan hidup sehari-hari. Apa yang ada dalam pikiran mereka, itulah yang akan langsung tertuang dalam setiap hasil karya ukiran kayunya.

Umumnya, motif-motif ukiran berhubungan dengan alam, makhluk hidup dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pola alam yang umum ditemui antara lain kelelawar, burung cendrawasih, dan ikan.

Sedangkan bentuk aktivitas yang biasa dituangkan adalah manusia yang sedang berperang, berburu, atau mencari ikan. Tidak jarang mereka juga membuat refleksi terhadap aktivitas hidup para leluhur Asmat.

Yang pasti, motif maupun bentuk ukiran tak pernah lepas dari kehidupan suku Asmat sendiri.

Ukiran Asmat dikenal memiliki motif yang unik, rumit, dan dikerjakan dengan sangat baik. Kerumitan pola ukiran ini membuat hasil karya mereka bernilai seni sangat tinggi dan tersohor hingga mancanegara.

Seniman-seniman besar dunia, seperti Henri Matisse, Marc Chagall, dan Pablo Picasso, pada masa hidupnya mengagumi seni ukir ini.

Saat ini, banyak pengukir dari suku Asmat yang tidak hanya mengukir untuk mengaktualisasikan hidup, tetapi juga untuk alasan ekonomi. Karena kualitas dan keunikannya, karya seni ukir itu menjadi buruan para kolektor dunia.

Baca juga: Garuda Wisnu Kencana, Mahakarya Seni Patung Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen − fifteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.