1001indonesia.net – Selain terkenal akan keindahan alamnya, Pulau Lombok yang dihuni masyarakat Suku Sasak ini juga akan kaya akan budaya. Suku Sasak dikenal masih kental dengan adat tradisinya yang khas. Salah satunya bisa dilihat dari bangunan tradisional yang mereka tinggali yang disebut Rumah Bale.
Arsitektur yang sangat khas dari Rumah Bale di antaranya dapat kita temukan di Kampung Adat Sade. Kampung adat yang menjadi destinasi wisata budaya itu terletak Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Lokasinya mudah dijangkau, sekitar 8 kilometer dari Bandara Internasional Lombok.
Baca juga: Sade, Kampung Adat yang Teguh Mempertahankan Adat dan Tradisi Sasak
Dibuat dari bahan-bahan alami
Di kampung Adat Sade, pengunjung bisa melihat rumah-rumah tradisional yang masih menggunakan tiang kayu untuk penyangga, alang-alang kering yang dijadikan atap, serta dinding anyaman bambu.
Menggunakan bahan-bahan alami, membuat orang yang tinggal di dalam Rumah Bale dapat merasa sejuk saat cuaca terik, dan merasa hangat saat malam. Rumah tradisional ini juga anti gempa.
Yang lebih unik lagi, lantai rumah terbuat dari campuran tanah liat dan sedikit sekam padi. Lantai tanah tersebut dibersihkan dengan campuran kotoran kerbau dan sedikit air seminggu sekali atau pada waktu-waktu tertentu, seperti sebelum dimulainya upacara adat. Setelah kering, lantai disapu dan digosok dengan batu.
Kotoran kerbau tersebut digunakan untuk membersihkan lantai dari debu, juga untuk membuat lantai lebih halus dan kuat. Masyarakat Kampung Adat Sade juga percaya, kotoran kerbau dapat menghindarkan penghuni rumah dari serangga sekaligus dapat menjadi penolak bala dari hal-hal yang merugikan. Uniknya, meskipun dibersihkan dengan kotoran kerbau, tidak tercium bau kotoran apa pun di dalam rumah itu.
Pembangunan Rumah Bale
Masyarakat di Kampung Adat Sade masih teguh memegang adat tradisinya. Termasuk dalam membangun rumah tempat tinggal, mereka melakukannya sesuai aturan adat.
Rumah Bale tidak bisa dibangun di waktu sembarangan. Penentuan waktunya dihitung dengan berpedoman pada papan warige yang berdasar dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq.
Umumnya, pembangunan Rumah Bale dilakukan di bulan ketiga dan bulan kedua belas dalam kalender Suku Sasak atau bulan Dzulhijah dan bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam.
Ada juga yang membangun Rumah Bale berdasarkan tanggal dan hari yang diperoleh dari perhitungan nama pemiliki rumah.
Masyarakat Suku Sasak percaya bahwa rumah yang dibangun di sembarang hari bisa mengundang malapetaka, seperti kebakaran, penyakit, rezeki yang sulit, dan sebagainya.
Selain aturan hari, masyarakat Suku Sasak juga memiliki aturan dalam arah pembangunan rumah. Rumah yang baru dibangun tidak boleh membelakangi rumah yang sudah ada. Ukurannya juga tidak boleh lebih besar dari rumah yang telah ada lebih dahulu.
Lokasi yang dipilih juga tidak boleh sembarangan, misal tidak boleh berada di atas bekas perapian, bekas pembuangan sampah, bekas sumur, hingga posisi jalan tusuk sate.
Tiga tipe bangunan
Rumah Bale dibagi menjadi tiga tipe. Pertama, Bale Bonter, yaitu rumah yang dimiliki pejabat desa. Kedua, Bale Kodong, yaitu rumah untuk warga yang baru menikah atau untuk para orang tua yang ingin menghabiskan masa tuanya. Ketiga, Bale Tani yang tempat tinggal bagi yang sudah berkeluarga.
Bale Tani terbagi menjadi dua bagian, yaitu Bale Dalam dan Bale Luar. Ruangan Bale Dalam diperuntukkan untuk anggota keluarga wanita, sekaligus merangkap sebagai dapur. Sedangkan ruangan Bale Luar diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya, dan berfungsi juga sebagai ruang tamu.
Baca juga: Kampung Adat Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat