Sade, Kampung Adat yang Teguh Mempertahankan Adat dan Tradisi Sasak

1996
Rumah Bale di Kampung Sade
Tampak bangunan Rumah Bale di Kampung Adat Sade, Lombok. (Foto: Travelling the world)

1001indonesia.net – Tak diragukan lagi, Lombok memiliki pemandangan alam yang sangat indah yang membuatnya menjadi destinasi wisata favorit setelah Bali. Selain alam yang memukau, Lombok juga menawarkan wisata budaya berupa kampung adat yang masih teguh memegang tradisi dan budaya Suku Sasak. Salah satunya adalah Sade.

Sade merupakan salah satu dusun di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Lokasinya mudah dijangkau, sekitar 8 kilometer dari Bandara Internasional Lombok.

Kampung adat seluas 5,5 hektare itu terkenal hingga mancanegara karena kukuh mempertahankan adat dan tradisi Suku Sasak yang diwariskan sejak 600 tahun lalu.

Di sana, pengunjung bisa melihat rumah-rumah tradisional yang masih menggunakan tiang kayu untuk penyangga, alang-alang kering yang dijadikan atap, dan dinding bambu. Dengan rumah seperti ini, orang yang tinggal di dalamnya dapat merasa sejuk saat cuaca terik, dan merasa hangat saat malam.

Sementara lantai rumah terbuat dari campuran tanah liat dan sedikit sekam padi. Lantai rumah tersebut dibersihkan dengan campuran kotoran kerbau dan sedikit air setiap seminggu sekali atau pada waktu-waktu tertentu, seperti sebelum dimulainya upacara adat. Setelah kering, lantai disapu dan digosok dengan batu.

Kotoran kerbau tersebut digunakan untuk membersihkan lantai dari debu, juga untuk membuat lantai lebih halus dan kuat. Masyarakat Sade juga percaya, kotoran kerbau dapat menghindarkan penghuni rumah dari serangga sekaligus dapat menjadi penolak bala dari hal-hal yang merugikan. Uniknya, meskipun dibersihkan dengan kotoran kerbau, tidak tercium bau kotoran apa pun di dalam rumah itu.

Rumah tradisional khas suku Sasak tersebut ditinggali oleh orang asli kampung Sade yang masih satu keturunan karena mereka melakukan perkawinan antarsaudara.

Perkawinan antarsaudara memang umum dilakukan di sana karena dianggap lebih mudah dan murah. Sebab, ketika menikah dengan warga desa lain, mereka harus mengeluarkan beberapa ekor kerbau sebagai syarat perkawinan.

Salah satu mata pencaharian warga desa adalah menjual kain tenun yang dibuat secara tradisional yang dimulai dari memintal kapas kering untuk dijadikan benang kemudian mewarnai benang tersebut dengan bahan-bahan alami.

Keterampilan menenun merupakan bagian dari tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut aturan adat setempat, perempuan Sade tidak diizinkan menikah sebelum ia mampu menenun.

Hal tersebut merupakan aturan umum yang dipegang masyarakat Sasak tradisional. Setelah menikah dan mulai membina rumah tangga, perempuan Sasak hanya dibekali alat tenun dan bahan benang. Masyarakat suku Sasak percaya, dengan menenun, kaum perempuan mampu mencapai kemandirian ekonomi. Mereka tidak perlu bergantung pada suami.

Baca juga: Tenun Sasak, Keindahan Kain Tradisional Masyarakat Lombok

Selain menenun, mata pencaharian lain adalah bertani, seperti padi dan sayur mayur. Namun, karena sistem pertaniannya padi hanya ditanam sekali dalam setahun. Sudah diupayakan adanya irigasi, tapi sulit. Sebab itu, hampir semua warga Sade menjadi perajin tenun sebagai tambahan penghasilan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

three × 4 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.