1001indonesia.net – Diberitakan selama pandemi Covid-19, kegiatan rehabilitasi lutung jawa tetap berjalan. Dalam dua tahun terakhir, Javan Langur Center-The Aspinall Foundation Indonesia Program bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur telah melepasliarkan 38 ekor lutung jawa ke alam (Kompas 10/4/2022).
Lutung jawa (Trachyputhecus auratus) merupakan salah satu satwa khas Indonesia yang terancam punah sehingga keberadaannya dilindungi oleh pemerintah. Kegiatan rehabilitasi lutung jawa berpusat Javan Langur Center-The Aspinall Foundation Indonesia Program yang berada di Kota Batu.
Lutung Jawa hidup di Pulau Jawa, baik di bagian barat, tengah, maupun timur. Meski demikian, monyet ini juga ditemukan di sekitar Pulau Jawa, seperti di Bali dan Lombok. Lutung jawa bahkan hidup di beberapa hutan di kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam.
Lutung Jawa termasuk jenis hewan diurnal atau binatang yang aktif pada siang hari, terutama untuk mencari makan. Biasanya monyet ini berkeliaran di atas pepohonan untuk memakan daun-daunan, buah-buahan, bunga, dan larva serangga.
Salah satu ciri dari lutung jawa adalah ekor yang sangat panjang. Panjang ekornya hampir dua kali dari tubuhnya. Ukuran panjang ekor Lutung Jawa bisa mencapai 98 macam, sedangkan tubuhnya hanya sekitar 55 cm.
Lutung Jawa biasanya hidup secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri atas satu atau dua ekor jantan dewasa, dan selebihnya beberapa ekor betina beserta anak-anaknya.
Baca juga: Owa Jawa, Primata Asli Pulau Jawa yang Terkenal Setia
Tiga Subspesies
Dilansir dari Tirto.id, D. Brandon-Jones dalam Raffles Bulletin of Zoology (Vol. 43, 1995) bertajuk “A Revision of the Asian Pied Leaf Monkeys”, serta C.P. Groves dalam bukunya yang berjudul Primate Taxonomy (2001), membagi lutung jawa ke dalam tiga subspesies berdasarkan area persebarannya sebagai berikut.
Pertama, Trachypithecus Auratus Auratus. Persebarannya terbatas di wilayah Jawa Timur, seperti Blitar, kawasan Ijen (Bondowoso dan Banyuwangi), serta Pugeran (Mojokerto). Jenis ini menjadi yang paling umum ditemukan di Jawa bagian timur, barat, hingga Gunung Ujung Tebu (Banten).
Kedua, Trachypithecus Auratus Mauritius. Persebarannya terbatas di Jawa Barat sampai pantai utara Jakarta, pedalaman ke Bogor, Cisalak, dan Jasinga, barat daya sampai Ujung Kulon, kemudian sepanjang pantai selatan sampai Cikaso atau Ciwangi.
Ketiga, Trachypithecus Auratus Ebenus. Jenis ini hanya ditemukan di dekat Lai Chau atau dalam rangkaian Pegunungan Fan Si Pan di Vietnam.
Menurut J. Supriatna dan kawan-kawan dalam artikel berjudul “The Silver Leaf Monkeys (Presbytis Auratus) on Lombok Island” yang dimuat di American Journal of Primatology (Vol. 11, 1986), terdapat sekelompok kecil jenis lutung jawa di Pulau Lombok dan Bali dengan ukuran yang lebih besar.
Terrancam punah
Javan Langur Center mencatat, pada 2010, populasi lutung jawa tinggal 2.700 ekor. Jumlah itu tersebar di seluruh wilayah Jawa, termasuk di berbagai lokasi hutan lindung, taman nasional, suaka marga satwa, dan taman hutan raya.
Pada 1999, lutung jawa telah dimasukkan ke dalam kategori konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar (CITES) lantaran populasinya terancam punah. Sebab itu, satwa ini termasuk jenis yang dilindungi keberadaannya.
Meski masuk dalam satwa yang dilindungi, populasi Lutung Jawa terus mengalami penurunan. Salah satu sebabnya adalah ulah manusia. Monyet ini masih menjadi objek perburuan manusia untuk diperjualbelikan secara ilegal, termasuk perdagangan melalui jejaring online.
Selain itu, habitatnya pun kian mengalami penyempitan akibat alih fungsi hutan. Perubahan iklim dan menipisnya persediaan pangan juga menjadi sebab semakin terancamnya populasi lutung jawa.
Baca juga: Surili Jawa, Primata Endemik Pulau Jawa yang Terancam Punah