Masjid Sultan Riau, Kebanggaan Masyarakat Melayu di Pulau Penyengat

Syauqy Robanny, Muhammad Nazri, A. Nurfuadi, M. Irfan Ali S.

1105
Masjid Sultan Riau
Konon Masjid Sultan Riau dibangun menggunakan campuran pasir, kerikil, tanah liat, dan putih telur. (Foto: National Geographic Indonesia)

1001indonesia.net – Masjid Raya Sultan Riau atau Masjid Sultan Riau terletak di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Konon masjid bersejarah ini dibangun menggunakan campuran pasir, kerikil, tanah liat, dan putih telur.

Masjid raya yang menjadi kebanggaan masyarakat Melayu di Kepulauan Riau ini terletak di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kecamatan Tanjung Pinang Barat. Pulau Penyengat berukuran sekitar 2×1 km, berjarak sekitar 2 km dari Tanjung Pinang, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan perahu motor.

Masjid Raya Sultan Riau didirikan pada 1 Syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Proses pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di Kerajaan Riau. Mereka bekerja siang malam secara bergiliran.

Bangunan utama Masjid ini berukuran 18 x 20 meter dan ditopang oleh empat tiang beton. Begitu naik tangga dan melewati gerbang masjid, di sisi kiri dan kanan terdapat pendopo. Masjid ini memiliki 13 kubah dengan bentuk menyerupai bawang.

Kubah yang berjumlah 13 itu memiliki makna tersendiri. Ada yang mengatakan bahwa jumlah tersebut melambangkan rukun masjid, dan jika ditambah dengan jumlah menara yang empat, maka jumlahnya menjadi 17. Ini melambangkan jumlah rakaat shalat fardlu dalam sehari semalam.

Di dalam masjid, tersimpan kitab-kitab kuno (terutama menyangkut agama Islam), bekas koleksi perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X. Juga terdapat sebuah mimbar indah dan kitab suci al-Quran tulisan tangan.

Kitab suci al-Quran tulisan tangan di Masjid Sultan Riau. (Foto: Kompas.com)

Abdurrahman yang menulis al-Quran ini dikirim oleh Kerajaan Lingga ke Mesir untuk memperdalam ilmu agama Islam. Begitu kembali, dia menjadi guru dan terkenal dengan Khat atau kaligrafi gaya Istanbul. Di sela waktu mengajar, ia menulis, dan al-Quran itu selesai ditulis pada tahun 1867.

Sebenarnya ada dua al-Quran tulis tangan yang disimpan di Masjid Sultan Riau. Namun, al-Quran lainnya yang ditulis orang lain itu sudah rapuh sehingga disimpan saja. Sedangkan al-Quran buatan Abdurrahman dipajang sehingga dapat disaksikan oleh para pengunjung.

Baca juga: Masjid Tuo Kayu Jao, Salah Satu Masjid Tertua di Sumatra Barat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

three × 2 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.