Masjid Raya Baiturrahman, Bangunan Megah yang Menjadi Ikon Aceh

3021

1001indonesia.net – Salah satu wisata religi di Aceh yang fenomenal adalah Masjid Raya Baiturrahman. Bangunan yang dulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada 1022 H (1612 M).

Masjid yang terletak di Jl. Masjid Raya Baiturrahman ini memiliki arsitektur yang sangat indah dengan ukirannya yang menarik. Kompleks bangunan bersejarah ini juga memiliki halaman yang luas. Lantai ruangannya terbuat dari marmer yang dipesan khusus dari Italia.

Di halaman sisi utara dan selatan, terdapat payung-payung bergaya Masjid Nabawi di Madinah, Arab Sudi. Selain payung, di tengah-tengah halaman masjid juga terdapat kolam yang semakin mempercantik Kompleks Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid Raya Baiturrahman pertama kali dibangun di era Kesultanan Aceh. Terdapat dua versi sejarah mengenai riwayat pembangunan masjid ini. Sebagian sumber menyebutkan masjid ini didirikan pada 1292 M oleh Sultan Alauddin Johan Mahmudsyah. Sumber yang lain menyebutkan, masjid ini didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612 M.

Masjid Raya Baiturrahman
Tampak payung raksasa menghiasi halaman Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh. (Foto: kabar24.bisnis.com)

Ketika Belanda menyatakan perang terhadap kerajaan Aceh pada 26 Maret 1873, para pejuang menjadikan masjid sebagai markas dan benteng pertahanan selama peperangan. Masjid Baiturrahman dijadikan tempat untuk membuat strategi dan mengatur taktik.

Kala itu, tentara Belanda di bawah pimpinan Jenderal Kohler berhasil menguasai Masjid Raya Baiturrahman dengan membawa 3.198 tentara. Namun, pada peperangan tersebut Jenderal Kohler tewas setelah tertembus peluru di dada. Konon, Kohler ditembak oleh salah satu Mujahidin dari Lueng Bata.

Setelah tewasnya Jenderal Kohler, tentara Belanda kembali melakukan serangan dengan membakar Masjid Baiturrahman pada 10 April 1290 H/ 1873 M. Masyarakat Aceh marah besar. Ketika itu, Cut Nyak Dhien memimpin pasukan sehingga perang kembali terjadi.

Empat tahun kemudian, pemerintah kolonial Belanda kembali membangun Masjid Raya Baiturrahman. Pembangunan masjid ini sebagai tanda perdamaian antara Aceh dan Belanda.

Pemborong saat pembangunan itu adalah Lie Asie. Pembangunan masjid selesai dalam waktu 2 tahun. Ketika itu, masjid hanya dibangun dengan satu kubah. Ukurannya juga tidak terlalu luas. Masyarakat Aceh kemudian kembali menggunakan masjid ini sebagai tempat ibadah.

Masjid yang terletak di pusat Kota Banda Aceh ini kemudian mengalami beberapa kali perluasan. Yang pertama terjadi pada 1936. Atas upaya Gubernur Jenderal A. PH. Van Aken, dilakukan pembangunan dua kubah di sisi kanan dan kiri masjid.

Selanjutnya, pada tahun 1958-1965, bangunan masjid kembali diperluas. Pada perluasan kedua ini ditambahkan dua kubah dan dua menara di sisi barat (mihrab). Kelima kubah ini merupakan perlambang lima elemen dalam Pancasila.

Pada 1991-1993, Gubernur Aceh Ibrahim Hasan melakukan perluasan, meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi bagian lantai masjid tempat salat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan tempat wudu. Sedangkan perluasan halaman, meliputi taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret.

Keberadaan masjid Baiturrahman tak hanya menjadi saksi bisu perang Aceh melawan Belanda. Saat konflik Aceh dengan Republik Indonesia berkecamuk, masjid ini juga menjadi saksi bisu. Di sana juga pernah diadakan Referendum yang digelar pada 1999. Jutaan orang berkumpul untuk menyatakan sikap ketika itu.

Saat gelombang tsunami setinggi 21 meter menghantam pesisir Banda Aceh pada 26 Desember 2004, masjid ini termasuk bangunan yang selamat, meskipun terjadi kerusakan di beberapa bagian masjid.

Upaya renovasi pasca-tsunami menelan dana sebesar Rp 20 miliar. Dana tersebut berasal dari bantuan dunia internasional, antara lain Saudi Charity Campaign. Proses renovasi selesai pada 15 Januari 2008.

Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman tetap tegak berdiri setelah tsunami menerjang pada 26 Desember 2004. (Foto: dream.co.id)

Saat ini, bangunan masjid memiliki luas 4.760 meter persegi dengan lantai marmer buatan Italia. Dengan ruangan seluas itu, Masjid Raya Baiturrahman dapat menampung sekitar 9.000 jamaah. Bangunan bersejarah dengan tolal luas area 4 hektare ini memiliki 7 kubah, 4 menara, 1 menara induk, dan 7 pintu masuk.

Ukiran kaligrafi ayat Alquran berwarna kuning dengan latar hijau tertera di keempat sisi dinding atas, di bawah kubah pertama. Warna dalam masjid umumnya putih. Terdapat beberapa ukiran dan hiasan dengan warna hijau tua, kuning emas, cokelat, merah tua, dan merah ungu.

Bangunan yang menjadi ikon Provinsi Aceh ini menjadi salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Huftington Post menempatkannya dalam 100 masjid terindah di dunia. Yahoo bahkan menobatkan Masjid Raya Baiturrahman sebagai salah satu dari 10 masjid paling menakjubkan di dunia.

Baca juga: Masjid Al-Osmani, Arsitekturnya Mencerminkan Perpaduan Berbagai Budaya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen − eighteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.