Masjid Al-Osmani, Arsitekturnya Mencerminkan Perpaduan Berbagai Budaya

2995

1001indonesia.net – Masjid al-Osmani terletak di Medan, Sumatra Utara. Masjid yang dikenal juga sebagai Masjid Labuhan ini merupakan masjid tertua di kota Medan. Masjid ini dibangun oleh Raja Deli VII, yakni Sultan Osman Perkasa Alam. Nama Masjid al-Osmani merujuk pada nama pendirinya.

Saat pertama kali dibangun pada 1854, bahan utama masjid ini adalah bahan kayu pilihan. Masjid ini kemudian dipugar secara besar-besaran dan diubah menjadi permanen pada 1870 hingga 1872 oleh putra Sultan Osman yang menjadi Raja Deli VIII, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam. Hasilnya adalah bangunan masjid yang megah dan indah. Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan berbagai macam budaya.

Masjid Al-Osmani memiliki arti penting bagi kesultanan Deli. Masjid ini menjadi lokasi lima makam raja Deli, yaitu Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sultan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sultan Mahmud Perkasa Alam.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Al-Osmani juga dipakai sebagai tempat untuk memperingati hari besar keagamaan Islam. Masjid ini juga digunakan sebagai tempat pemberangkatan jamaah haji dari Medan Utara menuju pemondokan haji.

Masjid al-Osmani
Masjid al-Osmani

Masjid Al-Osmani pertama kali dibuat dengan bahan kayu pilihan dengan luas bangunan 16 m x 16 m. Sultan Deli VIII kemudian memugarnya secara besar-besaran dengan meminta bantuan arsitek asal Jerman, G.D. Langereis. Masjid ini dibuat menjadi permanen dengan material impor dari Eropa dan Persia. Luas bangunannya pun bertambah menjadi 26 m x 26 m. Pemugaran ini memakan waktu sekitar 2 tahun.

Arsitektur Masjid Al-Osmani menggambarkan perpaduan berbagai budaya, yaitu budaya Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan Tiongkok. Rancangan unik masjid ini menggabungkan keindahan kelima budaya tersebut: pintu dengan ornamen Tiongkok, ukiran bernuansa India, arsitektur bergaya Eropa, ornamen-ornamen masjid bergaya Timur Tengah, dan ditambah kubah tembaga bersegi delapan dengan berat mencapai 2,5 ton.

Warna kuning keemasan yang mendominasi Masjid Al-Osmani merupakan warna kebanggaan Suku Melayu. Bagi orang Melayu, warna kuning menjadi simbol kemegahan dan kemuliaan. Warna kuning ini dipadu dengan warna hijau yang menjadi simbol keislaman.

Saat ini masjid yang diakui sebagai bangunan bersejarah ini dikelola oleh Pemerintah Kota Medan.

Kontributor Foto: Nana Lee

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × three =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.