Kwan Sing Bio, Kelenteng Bersejarah di Kabupaten Tuban

1444
Kelenteng Kwan Sing Bio
Kelenteng Kwan Sing Bio (Foto: Kumparan.com)

1001indonesia.net – Dalam sejarahnya, Tuban dikenal sebagai daerah pesisir dengan aktivitas perdagangan yang ramai. Pada abad ke-13, di bawah Kerajaan Majapahit, Tuban bahkan menjadi pusat perniagaan, dikunjungi oleh para pedagang mancanegara. Di antara para pedagang tersebut kemudian tinggal di Tuban dan memperkaya budaya setempat.

Salah satu jejaknya bisa kita lihat pada Kelenteng Kwan Sing Bio yang berada di pinggir jalan raya Pantura. Tepatnya di Jalan Martadinata No.1, Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Kelenteng ini merupakan satu-satunya kelenteng yang menghadap langsung ke arah laut.

Dulunya kelenteng ini merupakan tempat pemujaan kecil milik sebuah keluarga asal Tiongkok yang merantau ke Pulau Jawa. Sekitar 200 tahun lalu, tempat pemujaan tersebut akan dipindahkan dari Desa Tambak Boyo ke daerah timur. Namun, tepat di depan kelenteng saat ini berada, kapal yang membawa patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen berhenti dan tidak mau berjalan lagi.

Orang-orang yang membawa patung tersebut kemudian melakukan ritual melempar pue, yaitu sebuah ritual melempar sepasang kayu berbentuk ginjal atau kacang merah. Pue atau syok pue merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan para dewa.

Hasil ritual tersebut menunjukkan bahwa Kong Co Kwan Sing Tee Koen setuju untuk menetap di Tuban. Kemudian didirikanlah Kelenteng Kwan Sing Bio sebagai tempat pemujaan kepada Yang Mulia Kong Co Kwan Sing Tee Koen.

Ulang tahun Kong Co Kwan Sing Tee Koen dirayakan pada tanggal 24 bulan 6 dalam sistem penanggalan Tionghoa. Pada hari itu, peziarah dari berbagai daerah di Jawa datang ke kelenteng ini untuk merayakan ulang tahun sang dewa.

Simbol kepiting di gerbang Kelenteng Kwan Sing Bio. (Foto: kwansingbiotuban.com)

Salah satu yang unik dari kelenteng ini adalah patung kepiting di atas pintu gerbang. Patung kepiting ini tidak ada di kelenteng-kelenteng lainnya. Ternyata awal mula keberadaan patung kepiting itu punya kisah tersendiri.

Konon, seorang pengurus kelenteng bermimpi melihat kepiting raksasa masuk ke area tempat peribadatan umat Tri Dharma (Buddha, Tao, dan Konghucu) ini. Semua pengurus kemudian sepakat memasang patung kepiting pada gerbang kelenteng.

Dengan lahan seluas sekitar 4 hektare, Kelenteng Kwan Sing Bio dikenal sebagai kelenteng terluas di Asia Tenggara. Sebagaimana kelenteng pada umumnya, bangunan Kelenteng Kwan Sing Bio didominasi oleh warna merah, hijau, dan kuning, serta hiasan berbentuk naga, lampion, dan lilin.

Baca juga: Kelenteng Sam Po Kong Semarang, Akulturasi Budaya China dan Jawa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen + 2 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.