Kepustakaan Lontar, Rekaman Sastra dan Sejarah Nusantara

2139

1001indonesia.net – Lontar adalah daun dari sejenis pohon palem yang dipakai sebagai sarana susastra dan pencatatan sejarah di Nusantara tempo dulu. Lontar berasal dari ron dan tal, atau daun tal. Kepustakaan lontar ini menjadi wujud peradaban yang mampu ‘menangkap’ pertemuan dan pergerakan peradaban dalam lintasan waktu.

Berbeda dengan prasasti dalam candi atau batu, kepustakaan lontar merekam koleksi susastra dan sejarah selama belasan abad, dari masa Hindu-Buddha sampai dengan awal Islam—perubahan terjadi ketika ditemukan sarana kertas dan kulit binatang sebagai sarana pencatatan.

Melihat catatan I-Tsing (Yi Jing), kita dapat membandingkan bahwa di saat Tiongkok mempunyai kertas dan tinta, peradaban Nusantara memakai lontar karena mudah didapat dan dilestarikan—setidaknya untuk kurun waktu tertentu.

Menulis terkait dengan kreasi intelektual budaya yang dilakukan oleh para kawi dan sarjana, dan bukan orang kebanyakan. Di masa Mataram Hindu atau sebelumnya, tulisan ditemui di candi atau prasasti terbuat dari batu. Seiring dengan interaksi dengan para sarjana dan dengan kebutuhan untuk merekam dan menilai peradaban, maka tulisan-tulisan dibuat dengan memakai media lontar.

Pada masa Majapahit, dasar-dasar sastra kakawin dengan lontar telah didirikan. Hal ini juga menjadi penanda peralihan dari bahasa Sanskerta ke Jawa Kuno. Di kemudian hari, kakawin Jawa Kuno ini mengikuti peradaban pada wangsa-wangsa di Bali, terutama setelah keruntuhan Majapahit.

Untuk dapat mempelajari kembali sastra Sanskerta-Jawa Kuno, peneliti harus memulai dari lontar kakawin yang ada di Bali—dikarenakan kedekatan antara keduanya, serta pemeliharaan yang baik dari para resi dan sastrawan di Bali.

Arti penting kepustakaan lontar ini adalah akses terhadap rentang sejarah mulai dari Kalingga (abad ke-6 Masehi) sampai dengan Majapahit. Hal ini bisa disamakan dengan upaya orang belajar bahasa Latin dan Yunani untuk dapat mengakses rentang sejarah Romawi Kuno, Peradaban Islam, sampai dengan masa klasik Eropa.

Mengingat masih banyak yang perlu diungkap dari rentang sejarah yang panjang tersebut, upaya penggalian dan penelitian masih akan berlangsung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen − 3 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.