1001indonesia.net – Kekah natuna (Presbytis Natunae) merupakan satwa langka yang hanya bisa dijumpai di Kabupaten Natuna, tepatnya di Pulau Bunguran atau Pulau Natuna Besar. Di pulau tersebut, kekah tersebar dalam beberapa tipe habitat dan ketinggian (gunung tertinggi adalah Gunung Ranai 1.035 m dpl).
Kekah natuna merupakan satwa endemik Pulau Natuna selain dua primata lainnya, yakni kukang (Nycticebus coucang natunae) dan kera ekor panjang (Macaca fascicularispumila). Di antara ketiganya, kekah natuna adalah yang paling terancam punah.
Dengan bulu berwarna hitam dan bagian depan berwarna putih, satwa ini memiliki sifat pemalu. Ketika melihat orang mendekat, ia akan langsung lari bersembunyi. Sebab itu, tidak mudah untuk melihatnya di alam liar.
Ciri-ciri
Kekah merupakan monyet berukuran sedang sampai besar dengan bentuk kepala bulat, moncong pendek, serta tungkai dan lengan panjang. Bagian perut menonjol dengan ekor tebal dan panjang. Ukuran tubuhnya berkisar antara 58 hingga 85 cm. Sedangkan beratnya sekitar 5 hingga 8 kilogram.
Primata ini memiliki warna tubuh, corak, dan bentuk yang bervariasi. Mulai dari kecokelatan, keabuan, kehitaman atau variasi dari warna-warna tersebut. Bayi yang baru lahir biasanya berwarna putih atau terang. Warnanya akan berubah sesuai dengan pertambahan umur, sehingga sama dengan warna induk yang tubuhnya semakin gelap.
Untuk menyaksikan kekah secara langsung dihutan bebas memang agak sulit. Namun ada beberapa lokasi di mana satwa ini biasa dijumpai oleh warga. Di antaranya kawasan hutan Selat Lampa, Hutan di Batubi, Gunung Ranai, kawasan hutan ceruk dan sekitarnya.
Terancam punah
Habitatnya yang hanya terbatas hanya pada satu pulau saja serta perburuan yang tinggi untuk dipelihara dan dijual menjadi ancaman bagi kelestarian satwa ini. Bentuk kekah natuna yang lucu, mudah jinak, dan gampang untuk dipelihara membuat banyak orang ingin memeliharanya.
Beberapa orang yang memelihara kekah mengatakan sangat mudah merawatnya. Kekah mau diberi makan apa saja, termasuk makanan yang biasa dimakan manusia. Namun, pada kenyataannya, banyak kasus kekah yang mati dalam pemeliharaan akibat konsumsi pakan yang tidak sesuai.
Selain itu, kekah juga diketahui banyak dibawa keluar pulau sebagai oleh-oleh atau hadiah maupun untuk dijual. Transportasi yang digunakan biasanya kapal-kapal dagang di pelabuhan-pelabuhan lokal karena biasanya tidak melalui pemeriksaan yang berarti.
Tidak hanya perburuan, monyet endemik Pulau Natuna ini juga semakin terdesak karena permasalahan habitat. Tingginya aktivitas pemanfaatan alam menyebabkan terjadinya penurunan kualitas kawasan hutan.
Sebab itu, aksi perlindungan terhadap kekah natuna sangat mendesak untuk segera dilakukan. Bila tidak, dalam waktu dekat satwa ini akan mengalami kepunahan.
Baca juga: Surili Jawa, Primata Endemik Pulau Jawa yang Terancam Punah