Istana Kadriyah, Destinasi Wisata Bersejarah di Kota Pontianak

1374
Istana Kadriyah
Istana Kadriyah berkaitan erat dengan berdirinya Kora Pontianak, Kalimantan Barat. (Foto: seruju.co.id)

1001indonesia.net – Di masa silam, Istana Kadriyah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Pontianak. Tak bisa dipungkiri, bangunan tersebut menjadi salah satu tonggak awal berdirinya Kota Pontianak, sebuah kota di delta sungai Kapuas, Kalimantan Barat.

Istana Kadriyah mulai dibangun pada Oktober 1771. Letak istana ini tepat di persimpangan tiga sungai, yakni Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas.

Keraton ini dibangun oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie (1738-1808), anak Habib Husein Alkadrie, seorang hakim agama Kerajaan Matan dan ulama terkemuka di Kerajaan Mempawah. Pada masa mudanya, ia sering berkeliling dan bertemu dengan banyak saudagar dunia.

Ketika ayahnya meninggal pada 1770, Syarif Abdurrahman beserta keluarganya memutuskan untuk mencari tempat pemukiman baru. Mereka kemudian menyisir Sungai Kapuas sepanjang 1.100 meter.

Pada tanggal 23 oktober 1771, mereka tiba di daerah dekat pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas. Mereka kemudian memutuskan untuk menetap di daerah tersebut.

Konon, ketika hendak membuka lahan hutan di daerah tersebut, Syarif Abdurrahman mendapat gangguan dari hantu-hantu kuntilanak. Menurut cerita turun-temurun, dari nama kuntilanak itulah nama Pontianak berasal. Masyarakat Pontianak menyebut kuntilanak dengan nama puntianak.

Untuk menentukan lokasi di mana istananya akan didirikan, Syarif Abdurrahman melepaskan tembakan meriam tiga kali ke udara. Tiga titik jatuhnya meriam tersebut kemudian dijadikan sebagai lokasi pendirian Istana Kadriyah, Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, dan tempat pemakaman bagi anggota keluarga Kesultanan Pontianak.

Istana Kadriyah selesai dibangun pada 1778. Pada tahun itu pula, Syarif Abdurrahman dikukuhkan sebagai Sultan Pontianak pertama. Seiring berjalannya waktu, istana ini mengalami beberapa kali renovasi dan rekonstruksi hingga menjadi bentuknya yang sekarang.

Istana seluas 1.500 meter persegi ini menjadi istana Melayu terbesar yang ada di Kalimantan Barat. Sampai saat ini, bangunannya masih terawat dan menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah di Kota Pontianak.

Istana Kadriyah berada di Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat ini. Bangunan dua lantai ini terbuat dari kayu ulin.

Baca: Kayu Ulin, Kayu Besi Khas Kalimantan yang Semakin Langka

Di halaman depannya, terdapat beberapa senjata meriam buatan Portugis dan Perancis. Istana ini didominasi dengan warna kuning yang menjadi warna khas kebudayaan Melayu. Beberapa ruangan pribadi milik keluarga kesultanan juga dibuka untuk umum, walaupun terdapat beberapa larangan ketika pengunjung luar memasukinya.

Masjid Sultan Syarif Abdurrahman atau yang dikenal dengan Masjid Jami Pontianak terletak sekitar 200 meter dari lokasi istana. Masjid yang juga terbuat dari kayu ulin ini memiliki mimbar yang unik karena bentuknya mirip geladak kapal.

Hingga saat ini, masjid yang sudah berusia ratusan tahun ini masih digunakan untuk kegiatan keagamaan oleh penduduk sekitar.

Masjid Sultan Syarif Abdurrahman
Masjid Sultan Syarif Abdurrahman atau yang dikenal juga dengan nama Masjid Jami Pontianak. (Foto: wisatapontianak.con)

Baca juga: Istana Maimun, Bangunan Megah Peninggalan Kerajaan Deli

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 − one =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.