1001indonesia.net – Tidak hanya menawarkan keindahan alam, Goa Harimau di Bukit Karang Sialang, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan merupakan situs bersejarah. Memasuki kawasan goa ini seakan menapaki peradaban purbakala di masa silam.
Situs Goa Harimau ditemukan pada 2008. Mulai 2009, Prof. Harry Truman Simanjuntak bersama timnya dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penelitian di goa ini. Penelitian masih berlangsung hingga sekarang. Sejak dimulainya penelitian, banyak dihasilkan temuan arkeologis yang sangat membantu dalam mengetahui sejarah nenek moyang bangsa Indonesia.
Goa Harimau terletak sekitar 230 kilometer dari Kota Palembang. Untuk menjangkaunya, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 1,5 kilo meter melewati kawasan hutan dan perlu sedikit mendaki karena goa ini berada di kawasan perbukitan yang ada di dekat aliran Sungai Ogan. Di kawasan ini terdapat banyak goa. Yang paling dekat dengan Goa Harimau adalah Goa Selabe dan Goa Putri.
Goa Harimau terletak di sebuah bukit gamping. Dulunya kawasan ini merupakan dasar laut yang dangkal. Peristiwa tektonik kemudian menyebabkan dasar laut naik ke permukaan. Peristiwa alam tersebut kemudian membuat kawasan ini menjadi formasi kars. Situs ini dinamakan harimau karena konon penduduk sekitar sering mendengar auman harimau dari dalam goa.
Goa purbakala ini diduga sudah dihuni sejak sejak 22 ribu tahun yang lalu, bahkan lebih. Hal ini merupakan hasil penelitian terhadap sejumlah peninggalan yang ditemukan, seperti peninggalan peralatan dan tulang-tulang hewan yang diduga bekas makanan. Peninggalan itu ditemukan saat peneliti melakukan penggalian hingga kedalaman 2,7 meter.
Pada kedalaman 1,5 meter di bawah permukaan goa, ditemukan kerangka manusia purbakala. Kerangka penghuni Goa Harimau ini berasal dari ras Austromelanesoid yang diperkirakan berusia 7000 tahun.
Sementara pada kedalaman 50 sentimeter hingga 1 meter ditemukan rangka manusia purbakala yang diperkirakan berasal dari ras Mongoloid. Kerangka ini berusia 3.500 tahun sampai 4.000 tahun. Ras inilah yang kemudian menjadi leluhur bangsa kita.
Pembelajaran
Rhama Purna Jati mengungkapkan bahwa ditemukannya dua ras di Goa Harimau dapat menjadi pembelajaran bagi kita tentang sejarah peradaban Nusantara yang di dalamnya mencakup kebhinnekaan ras (Kompas, 10/6/2017). Berdasarkan hasil ekskavasi makam, goa ini diduga pernah dihuni dua ras secara berdampingan, yakni ras Mongoloid dan ras Austromelanesoid.
Pengunjung juga dapat mempelajari mengenai nilai spiritual yang sudah ada sejak dulu. Goa Harimau tidak hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai tempat penguburan. Di antara kerangka yang ditemukan berada dalam posisi terlentang dengan kepala menghadap ke timur dan kaki ke barat menunjukkan adanya kepercayaan yang dianut manusia goa sejak dulu. Kepala ke timur mengacu pada terbitnya matahari dan kaki di barat mengacu pada tenggelamnya matahari. Kerangka yang dikubur pada posisi ini umumnya berasal dari ras Mongoloid. Salah satu kerangka yang masih utuh memiliki panjang (tinggi badan) sekitar 2 meter.
Di dalam Goa Harimau juga terkandung nilai-nilai seni keindahan. Hal ini tampak dari sejumlah karya seni berupa lukisan cadas (rock art) di goa ini yang didominasi dengan warna merah. Lukisan dibuat di dinding goa menggunakan batu hematit, sejenis mineral oksida besi yang tersebar di Goa Harimau.
Motif lukisan yang ada pun beragam. Pada Mei 2014, didapatkan ada 34 motif. Di antara motif-motif tersebut adalah motif melengkung, vertikal, geometris, sejumlah gambar yang menyerupai hewan, dan coretan tak beraturan yang sudah mulai pudar warnanya.
Ada dugaan, lukisan-lukisan ini merupakan bagian dari ritual penguburan di goa ini. Penemuan lukisan goa ini juga memupuskan anggapan bahwa masyarakat purbakala yang tinggal di daratan Sumatra saat itu tidak memiliki tradisi melukis cadas.
Goa Harimau juga menunjukkan bahwa masyarakat zaman itu sudah menjalin hubungan dengan dunia luar. Hal ini terlihat dari sejumlah peralatan yang digunakan, seperti perunggu, gelang, dan perhiasan lain berusia 3.500 tahun dan mirip dengan logam Dongsom di Vietnam. Hal ini memunculkan dugaan, manusia yang tinggal di Goa Harimau telah berdagang atau berinteraksi dengan bangsa lain sejak 3.500 tahun lalu.