Gedung Sate, Bangunan Fenomenal Berusia Satu Abad

1749
Gedung Sate
Foto: Agithyra Nidiapraja/jabar.idntimes.com/

1001indonesia.net – Pada 27 Juli 2020, Gedung Sate yang dulunya bernama Gouvernements Bedrijven (disingkat GB) genap berusia 100 tahun. Pembangunan gedung ini bermula saat Gubernur Jenderal van Limburg Stirum pada 1918 menetapkan Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda.

Dalam proyek menjadikan Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda, kantor pusat Departemen Instansi Pemerintahan (Departement van Gouvernements Bedrijven) merupakan yang pertama dibangun oleh tim arsitek pimpinan Johann Gerber. Proyek kompleks pusat pemerintahan seharusnya dibangun dari lokasi Gedung Sate saat ini di Jalan Diponegoro hingga Monumen Perjuangan.

Dulu rencananya akan dibuat sebuah kompleks besar. Gedung paling selatan adalah Gedung Sate. Sementara gedung paling utara tak jadi dibangun yang kemudian ditempati Monumen Perjuangan. Jadi Gedung Sate itu kompleks perkantoran yang tak selesai dibangun.

Krisis ekonomi kala itu membuat proyek tak berjalan sesuai rencana. Sejumlah bangunan yang seharusnya dibangun pun terhenti. Hanya gedung Gouvernements Bedrijven dan Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (kini Museum Pos Indonesia) saja yang berhasil dibangun.

Peletakan batu pertama pembangunan gedung ini dilakukan pada 27 Juli 1920 oleh Nona Johanna Catherina Coops putri sulung Walikota Bandung B. Coops yang didampingi Nona Petronella Roeslofsen yang mewakili Gubernur Jenderal JP Graaf van Limburg Stirum.

Pembangunan Gouvernements Bedrijven selesai pada September 1924. Gedung ini kemudian beberapa fungsi, yaitu sebagai Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (Kantor Pusat Pos Telegraf dan Telepon) dan Kantor Departement Verkeer en Waterstaat (Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan).

Gedung ini juga difungsikan sebagai Centerale Bibliotheek (Perpustakaan Pusat) yang merupakan gabungan koleksi buku dari tujuh buah jawatan, juga sebagai Laboratorium Geologi sampai memiliki gedung sendiri di Wilhelmina Boulevard atau Jalan Diponegoro pada 1928.

Selama pendudukan Jepang, Gedung Sate menjadi Pusat Pemerintahan (Shucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah. Saat Indonesia merdeka, gedung kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Hingga pada 1980, gedung dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan Jawa Barat hingga saat ini.

Nama Gedung Sate digunakan sejak 1960-an. Alasannya, di puncak menara gedung terdapat tusuk sate dengan enam ornamen berbentuk jambu air. Konon, keenam ornamen tersebut melambangkan modal awal pembangunan pusat pemerintahan sebesar enam juta gulden.

Kokoh

Di usianya yang sudah 100 tahun, Gedung Sate masih berdiri kokoh. Ini tak lepas dari kualitas bahan-bahan bangunan yang digunakan.

Hampir seluruh batu yang digunakan adalah batu kali dan batu gelas. Batu kali diambil dari kawasan Bandung Timur, seperti Sindanglaya dan Ujungberung yang kualitas batunya sangat baik. Sementara kolom bangunan terbuat dari baja asli Swedia.

Hingga saat ini, gedung bersejarah ini masih belum pernah mengalami pemugaran, hanya renovasi kecil atau pengecatan ulang saja.

Museum Gedung Sate

Gedung kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini terletak di Jalan Diponegoro No. 22, Kota Bandung. Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 10.877,734 meter persegi.

Setelah sekian lama menjadi pusat kegiatan Jawatan Pekerjaan Umum, pada 1982 Gedung Sate beralih fungsi menjadi pusat pemerintahan Jawa Barat. Semenjak itu pula, gedung ini memiliki sebutan baru, yakni Kantor Gubernur. Ruang kerja Gubernur dan wakilnya terletak di lantai dua. Ruangan ini dibangun pada tahun 1989 dan hingga kini lebih dikenal dengan sebutan Gedung Baru.

Sayap Timur Gedung Sate sekarang ditempati oleh Kantor Pusat Pos dan Giro yang pada tempo dulu disebut PTT. Sedangkan bangunan tambahan pada sayap Barat merupakan Gedung DPRD Propinsi Jawa Barat.

Juga ada bagian dari gedung yang didedikasikan untuk museum. Letaknya di lantai dasar gedung. Di sana, wisatawan bisa melihat berbagai macam koleksi seni seputar Bandung.

Di museum itu juga terdapat contoh batu kali, batu gelas, dan baja Swedia yang digunakan untuk membangun Gedung Sate. Terdapat juga enam instalasi interaktif. Adapun instalasi interaktif yang dimaksud adalah visual Pembangunan dan miniatur Gedung Sate.

Ada juga visual Kota Bandung yang dilihat dari langit, letaknya di lorong dekat ruang audio visual.

Sementara lantai dua dan tiga dimanfaatkan sebagai area perkantoran pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Di kedua area tersebut ada beberapa ruang rapat yang masih digunakan hingga kini.

Lantai empat dulunya dijadikan sebagai tempat museum. Namun sejak 2017, museum ditaruh di lantai dasar sehingga lantai empat saat ini dibiarkan kosong. Lantai lima, juga disebut “Menara”, merupakan area untuk melihat sebagian Kota Bandung dari lantai paling tinggi.

Baca juga: Museum Geologi, Wisata Edukasi di Bandung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen − seven =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.