1001indonesia.net – Perlintasan laut di Nusantara atau apa yang kita kenal sekarang sebagai alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) memberikan gambaran bagaimana bangsa-bangsa dunia berinteraksi. Perlintasan pelayaran pra-Terusan Suez dan pasca-Terusan Suez selalu mengandaikan bahwa perairan Nusantara akan selalu dapat diakses oleh bangsa-bangsa di dunia.
Nusantara menjadi lintasan pelayaran yang penting di dunia adalah karena rempah-rempah dan hasil bumi lain. Alasan lainnya, karena Nusantara merupakan salah satu pusat pertumbuhan peradaban. Garis pelayaran ini melengkapi jalur sutera yang juga menjadi jalur peradaban dan perdagangan bangsa-bangsa.
Baca juga: Pala dan Bunga Pala, Rempah Asli Kepulauan Banda Maluku
Budaya kelautan sudah mendarah daging pada masyarakat Nusantara. Nenek moyang bangsa Indonesia merupakan pelaut ulung yang mampu mengarungi lautan dengan jangkauan sangat luas: dari Pantai Utara Australia sampai ke Pulau Madagaskar di Pantai Timur Benua Afrika. Kehebatan tersebut dinyanyikan dalam lagu “Nenek Moyangku Pelaut”:
Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasaAngin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda b’rani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Teknik pelayaran yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia memang sudah maju. Mereka sudah memahami dengan baik sekali manfaat angin dalam pelayaran. Paling tidak para nelayan Indonesia mengenal angin darat dan angin laut, sekadar untuk kepentingan berangkat melaut dan pulang kembali ke darat.
Untuk berlayar antarpulau atau antarnegara, para pelaut Nusantara menggunakan pengetahuan mereka tentang angin musim dan gugusan bintang di langit, seperti bintang mayang, biduk, dan waluku.
Selain itu, para pelaut kita juga menggunakan perasaan dan intuisi mereka saat berlayar. Dengan melihat bentuk awan di angkasa, pantulan sinar matahari, serta warna dan jenis air laut, seorang pelaut dapat menentukan lokasi kapalnya dan berlayar dengan selamat.
Dalam konteks Indonesia saat ini, garis pelayaran ini diwujudkan dengan apa yang disebut dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). ALKI ini mencakup, antara lain:
- ALKI I: perlintasan Laut China Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda;
- ALKI II: perlintasan Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, dan Selat Lombok;
- ALKI III: perlintasan Samudera Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu.