1001indonesia.net – Batik Nusantara diakui oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity. Pola dan temanya yang amat kaya, sekaligus materi dan teknik pembuatannya amat melekat dengan proses budaya Nusantara.
Ada beragam simbol dari periode dan komunitas-komunitas Nusantara yang dituangkan dalam batik Nusantara. Batik adalah melukis kain dengan menggunakan malam dan alat warna lain, dengan teknik yang menggunakan lilin. Cara melukis ini dapat juga menggunakan cap yang sudah mempunyai pola.
Pada batik, terdapat citra tanaman seperti sulur, daun, semak, pohon; citra binatang seperti burung, ayam, merak; citra wayang, seperti “Pertempuran Kurusetra”, punakawan, Kresna; citra benda seperti saka (tiang), bokor (guci kecil dari logam); kipas.
Pada masa sekarang, pembuatan menggunakan teknik fraktal berhasil membuat jenis citra yang luar biasa banyaknya. Warnanya pun tidak lagi terbatas warna-warna cokelat, hitam, putih, melainkan juga merah, hijau, marun, biru, dan warna lainnya.
Dalam perkembangan, batik ini dikembangkan sebagai adibusana. Ia tidak lagi sekadar sebagai kain yang dilukis dan dibentuk menjadi pakaian, melainkan menjadi bentuk-bentuk pakaian yang indah. Wujud satu sandang atau terusan (one piece), bentuk dua sandang, paduan kebaya, dan banyak lainnya memberikan kemungkinan bahwa batik masih mempunyai kemungkinan yang amat luas untuk dikembangkan.
Sebagai batik klasik, pengembangannya tetap berjalan. Batik klasik Jawa (terutama Solo, Pekalongan, Jogja) baik dengan warna cokelat-hitam maupun cokelat-hitam-putih terus dipreservasi. Batik Madura dengan pewarnaan yang tajam. Batik Lasem dengan warna yang lembut. Batik Cirebon yang menampikan warna cantik, biasanya dikaitkan dengan tema Megamendung. Sementara itu, batik di daerah lain seperti Dayak dan Papua juga tumbuh dan berkembang.
UNESCO juga mengakui pendidikan mengenai batik, baik mengenai pembuatan, pengangkatannya dalam ragam wujud seni, serta proses ekonomi yang timbul darinya. Belakangan, pengakuan UNESCO juga menjangkau “desa batik” di mana batik dapat menjadi corak dasar kehidupan dan budaya suatu desa. Pendidikan batik di Pekalongan juga mendapatkan penghargaan dari UNESCO karena menjadi upaya yang serius dan terorganisasi dalam meneruskan kriya dan filosofi batik ke masyarakat dan ke antar-generasi. (ed)