1001indonesia.net – Berjalan-jalan ke pantai Pandan Simo-Srandakan, Bantul, Yogyakarta, kita akan melihat puluhan baling-baling pembangkit listrik tenaga angin dalam pelbagai ukuran. Bagi anak-anak Jogja, baling-baling Pandan Simo mengingatkan pada “baling-baling Petruk-Gareng” yang dulu sering dipasang di atas rumah dan menimbulkan suara “kletek-kletek”. Memang, angin sudah menjadi bagian dari kehidupan kanak-kanak di Nusantara pada kesehariannya.
Baling-baling Pandan Simo adalah penghasil listrik berbasis kumparan yang kemudian disimpan dalam suatu sistem aki. Pembangkit listrik tenaga angin sering dipandang tak mudah dalam pengolahan dan upaya pemanenannya.
Oleh sebab itu, masyarakat pun berlomba-lomba melakukan pembaruan-pembaruan. Universitas-universitas bergegas mengembangkan beragam sistem grid dengan bertumpu pada tenaga angin. Kompetisi diselenggarakan baik untuk desain, cakupan tenaga, dan daya tahan dari baling-baling tersebut.
Mengingat Indonesia dilintasi angin pasat, maka pola energi dapat ditangkap melalui pola angin ini. Angin yang sudah berguna dalam pola pelayaran dan pertumbuhan perikanan laut dapat didorong menjadi sumber energi yang tepat guna.
Potensi Indonesia “memanen” angin menjadi listrik kurang lebih sebesar 9,2 gigawatt. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) baru mempunyai kapasitas terpasang 9,4 megawatt, dan akan ditargetkan hingga 18 gigawatt per tahun.
Pemanfaatan ini, meski masih kecil, menaruh Indonesia menjadi salah satu dari sekian banyak negara yang menggunakan tenaga angin sebagai pembangkit energi listrik. Negara-negara seperti Jerman, Spanyol, negara-negara Skandinavia, dan Amerika Serikat dapat mengambil manfaat dari “energi gratis” ini, dan membangun bauran energi (energy-mix) yang lebih baik, yang tak bergantung semata pada energi fosil.
