Badak Sumatra, Status Kritis Badak Bercula Dua

1850
Badak Sumatra
Foto: National Geographic Indonesia

1001indonesia.net – Badak sumatra juga dikenal sebagai badak berambut atau badak asia bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis). Spesies langka ini berasal dari famili Rhinocerotidae, termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih lestari. Diperkirakan jumlahnya tak lebih dari 100 ekor.

Badak sumatra merupakan satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Dicerorhinus. Meskipun masih tergolong hewan mamalia yang besar, spesies ini merupakan jenis badak terkecil dibanding spesies badak lainnya.

Ciri-ciri

Tingginya sekitar 112-145 cm sampai pundak, dengan panjang keseluruhan tubuh dan kepala 2,36-3,18 m, serta panjang ekor 35–70 cm. Beratnya berkisar 500 sampai 1.000 kg, dengan rata-rata 700–800 kg. Ada catatan yang melaporkan seekor spesimen badak sumatra dengan berat 2.000 kg.

Sebagaimana spesies badak Afrika, badak sumatra memiliki dua cula. Cula pada hidung lebih besar, biasanya 15–25 cm. Sedangkan cula yang lain biasanya berbentuk seperti sebuah pangkal. Sebagian besar tubuh badak sumatra diselimuti rambut berwarna cokelat kemerahan.

Badak sumatra merupakan hewan penyendiri, kecuali selama masa kawin dan memelihara keturunan. Badak termasuk hewan yang sangat sensitif dengan gangguan sekecil apa pun. Ketika merasa terancam, badak akan bersembunyi dan menghindar.

Habitat dan persebaran

Badak sumatera umumnya ditemukan di daerah berbukit-bukit yang dekat dengan air. Spesies tersebut menempati hutan hujan tropis dan hutan lumut pegunungan, tetapi juga menyukai daerah pinggiran hutan dan hutan sekunder. Satwa ini dapat hidup pada kisaran rentang habitat yang luas, mulai dari rawa-rawa dataran rendah hingga hutan pegunungan.

Semakin terfragmentasinya kawasan hutan di hampir seluruh Pulau Sumatra akibat perkembangan pembangunan menyebabkan habitat badak sumatera secara umum terbagi menjadi dua kelompok, yaitu habitat dataran rendah, seperti di Taman Nasional Way Kambas, dan habitat dataran tinggi, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Gunung Leuser.

Merujuk YABI, dahulu populasi badak sumatra tersebar di sepanjang Assam-India, Myanmar, Semenanjung Malaya, Sumatra, dan sebagian besar Pulau Kalimantan, serta populasi yang terisolasi di Vietnam, Laos, dan Kamboja.

Saat ini populasi terbesar yang tersisa terdapat di Indonesia (± 70% dari total populasi di dunia), yaitu di Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas, dan sedikit populasi yang terisolir di Kalimantan.

Status kritis

Pada 1974, populasi badak sumatra antara 400-700 individu dan terus mengalami penurunan yang drastis sejak era 1980 dan 1990 akibat perburuan. Akibat perburuan itu, badak sumatera bahkan dinyatakan punah sejak akhir 2001 di Taman Nasional Kerinci Seblat. Populasi di Semenanjung Malaya (Sabah dan Serawak) juga telah dinyatakan punah.

Saat ini, diperkirakan kalau jumlahnya kurang dari 100 ekor. Ada yang menyebut jumlahnya bahkan tidak mencapai 80 ekor. Adapun, penyebab dari merosotnya populasi Badak Sumatera di alam adalah adanya praktik perburuan dan perdagangan satwa, degradasi dan fragmentasi habitat, serta penyakit pada sistem reproduksi badak itu sendiri.

Terus merosotnya populasi badak sumatra membuat International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan satwa ini dalam status konservasi terancam kritis (Critically Endangered).

Baca juga: Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × 1 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.