Ikan Belida, Ikan Air Tawar Asli Indonesia yang Terancam Punah

2532
Tugu Ikan Belida
Tugu Ikan Belida di Kota Palembang.

1001indonesia.net – Pada Januari 2021, Badan Konservasi Dunia (IUCN) menyatakan kepunahan ikan belida lopis. Ikan tersebut merupakan satu dari empat jenis belida yang ada di Indonesia. Pada September 2021, untuk menjaga kelestariannya, keempat jenis belida tersebut masuk dalam daftar ikan yang dilindungi pemerintah.

Dilansir dari Kompas.id, belida termasuk dalam suku Notopteridae atau ikan berpunggung pisau. Belida memiliki morfologi punggung meninggi sehingga bagian perut tampak lebar dan pipih. Ikan ini aktif pada malam hari dan mencari makanan pada sore. Ukuran dewasanya dapat mencapai 1 meter dan berat 10 kilogram.

Nama belida diambil dari nama salah satu anak sungai Musi di Sumatera Selatan. Lokasi utama sebaran ikan ini terdapat di Danau Ranau dan Sungai Musi. Ikan belida merupakan ikon Sumatera Selatan. Namun, ikan ini juga dapat ditemui di seluruh Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

Indonesia tercatat memiliki empat spesies ikan belida, yakni Belida Sumatera (Chitala hypselonotus), Belida Lopis (Chitala lopis), Belida Borneo (Chitala chitala), dan Belida Jawa (Notopterus notopterus). Keempat jenis belida tersebut dilindungi sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 1 tahun 2021.

Bagi mereka yang masih menangkap dan mengonsumsi ikan belida akan dikenai sanksi denda mulai dari Rp 250 juta hingga paling berat Rp 1,5 miliar serta pidana penjara jika ada pelanggaran izin usaha dan penyelundupan.

Dari empat spesies belida yang ada di Indonesia, belida lopis telah dinyatakan punah oleh IUCN berdasarkan laporan dan penelitian ahli ikan air tawar dari National University of Singapore, Heok Hee Ng. Dalam laporannya, Heok menyatakan belida lopis tidak pernah terlihat lagi di perairan air tawar Pulau Jawa sejak spesimennya dikoleksi oleh Pieter Bleeker tahun 1851.

Di antara keempat jenis ikan belida, belida lopis merupakan spesies yang paling besar. Panjangnya dapat mencapai 1,5 meter.

Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi belida semakin menipis karena penangkapan yang berlebihan dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Tingginya penangkapan terjadi karena belida memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini menjadi bahan baku sejumlah makanan, seperti pempek, kerupuk, bakso, sosis, abon, dan siomai. Hingga tahun 2000-an, belida merupakan bahan baku utama pembuatan pempek khas Palembang. Belida juga cocok dijadikan ikan hias karena bentuknya yang memikat.

Kerusakan lingkungan juga menjadi ancaman ikan ini. Ikan belida sumatera, misalnya, berhabitat hampir di seluruh anak Sungai Musi, yakni Sungai Ogan, Lematang, Pangkalan Lampam, dan Sungai Belido yang ada di Muara Enim. Ikan ini biasanya menaruh telurnya di rawa.

Namun, sekarang banyak lingkungan rawa yang terdegradasi. Salah satunya karena adanya penimbunan area rawa sebagai tempat pemukiman. Sebab itu, semakin sempit rawa yang dapat digunakan belida sebagai tempat menaruh telur.

Selain itu, kelangkaan belida juga disebabkan oleh faktor biologi ikan itu sendiri. Jumlah telur yang dihasilkan ikan ini sedikit.

Kepala Satuan Kerja Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Palembang Maputra Prasetyo menjelaskan, sampai saat ini belida belum berhasil dibudidayakan, dalam arti menernaknya dari pembuahan hingga besar. Yang terjadi selama ini orang mengambil ’anakan’ belida kemudian dirawat hingga besar.

Dengan masuknya belida sebagai ikan yang dilindungi diharapkan dapat mencegah kepunahan ikan ini. Saat ini keberadaan ikan ini sudah sangat mengkhawatirkan. Tentu peraturan dan pengawasan dari pemerintah saja tidak cukup, perlu kesadaran dan upaya bersama untuk menjaga kelestarian satwa ini.

Akan lebih baik lagi jika bisa dikembangkan teknik pembudidayaannya. Sebab, ikan ini menjadi bahan utama beberapa jenis kuliner, terutama kuliner khas Palembang. Larangan untuk menangkap dan mengonsumsi ikan ini tentu berdampak pada keberadaan kuliner tersebut. Dengan pembudidayaan, masyarakat bisa mengonsumsi sekaligus menjaga kelestarian belida.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twelve − twelve =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.