1001indonesia.net – Rusa Timor (Cervus timorensis) merupakan hewan liar yang dilindungi. Rusa asli Indonesia ini menjadi ikon satwa untuk peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Tahun 2020.
Satwa endemik Jawa-Bali yang jumlahnya tinggal sedikit ini merupakan satu dari empat jenis rusa asli Indonesia. Tiga jenis rusa lainnya adalah rusa Sambar (Cervus unicolor), rusa Bawean (Axis kuhlii), kijang kuning (Muntiacus atherodes), dan kijang (Muntiacus muntjak).
Ada pendapat yang menyatakan rusa timor berasal dari Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan Malaka. Akan tetapi, kalangan ahli lainnya menyebutkan rusa ini merupakan satwa endemik Jawa dan Bali. Perpindahan manusialah yang menyebabkan rusa timor menyebar luas sampai ke bagian timur wilayah Indonesia.
Bentuk tubuh
Ukuran tubuh rusa timor tergolong kecil. Berat badan rusa dewasa mencapai 60 sampai 100 kg. Beberapa ciri fisiknya antara lain mempunyai tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif lebih besar, dan rambut berwarna cokelat kekuning-kuningan.
Bobot badan rusa betina dapat mencapai 100 kg. Tinggi bahu rusa betina dewasa mencapai 100 cm, sedangkan pada jantan mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala sekitar 120–130 cm, panjang ekor 10–30 cm.
Jantan dewasa memiliki tanduk atau ranggah yang bercabang tiga dengan ujung-ujungnya yang runcing, kasar, dan beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80–90 cm, tapi ada juga yang mencapai 111,5 cm.
Habitat
Satwa ini mampu beradaptasi di dataran rendah hingga ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Habitat alami rusa ini terdiri dari beberapa tipe vegetasi, seperti savana dan vegetasi hutan.
Sebagaimana herbivora pada umumnya, satwa ini menghabiskan waktunya berjam-jam untuk makan dan diselingi perjalanan-perjalanan pendek untuk beristirahat dan ke sumber air.
Waktu makan satwa ini biasanya pada pagi dan sore hari. Pada siang hari, rusa ini cenderung mencari perlindungan dari terik sinar matahari, beristirahat sambil memamah biak. Pada malam hari aktivitas makan juga berlangsung, tetapi tidak begitu aktif.
Satwa ini menyukai daun yang lunak dan basah seperti bagian muda daun dari jenis legum (tumbuhan perdu yang berkeping ganda), seperti lamtoro, turi, dan juga jenis rerumputan seperti mapu dan ilalang.
Dengan kemampuan adaptasi yang baik, rusa timor mampu berkembang biak di luar habitat alaminya. Di alam maupun di penangkaran satwa ini dapat hidup selama 15–20 tahun dengan rata-rata masa hidup 17,5 tahun.
Rusa timor pada umumnya hidup dalam kelompok antara 3 ekor sampai 20 ekor. Namun, jika berada di padang penggembalaan terkadang dapat membentuk kelompok besar sampai jumlah 75–100 ekor.
Dalam penangkaran, rusa jantan mampu hidup berdampingan dengan individu jantan lain atau individu betina. Hal ini mengubah perilaku aslinya yang bersifat soliter.
Status
Berdasarkan kategori daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN Red list), sejak tahun 2008 rusa timor termasuk kategori rentan (vulnerable). Sebelumnya pada 1996, rusa timor berstatus risiko rendah (lower risk).
Perubahan status ini disebabkan total populasi asli rusa timor di daerah penyebaran aslinya diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa. Perkiraan penurunan sekurangnya 10% selama tiga generasi sebagai akibat hilangnya habitat dan perburuan (IUCN, 2015).
Rusa ini diburu untuk pemenuhan pangan dan kesenangan bagi manusia. Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan rusa timor, yaitu dengan melakukan penangkaran untuk mengantisipasi kepunahan rusa.