5 Pondok Pesantren Tertua di Indonesia

oleh Ayu Lestari

4118
Pondok Pesantren Jamsaren Solo
Pondok Pesantren Jamsaren Solo didirikan pada 1718 Sayyid Sulaiman merupakan salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia.

1001indonesia.net – Pondok Pesantren atau yang sering disingkat dengan Ponpes merupakan gabungan dari 2 kata, yaitu pondok dan pesantren. Pondok adalah rumah atau tempat tinggal, sedangkan pesantren adalah tempat belajar para santri, sehingga ketika digabungkan, pondok pesantren membentuk sebuah arti sempurna, yaitu sebuah tempat belajar sekaligus tempat tinggal untuk para santri.

Pondok pesantren adalah salah satu representasi Islam kultural Indonesia. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang kaya akan Islam kulturalnya. Dengan Islam kultural, sebenarnya Indonesia bisa menjadi lokomotif utama untuk menarik dan membangkitkan peradaban dunia yang kian meredup. Tidak ada Islam kultural sekaya dan sebanyak di Indonesia.

Mengutip Azyumardi Azra, Islam kultural adalah Islam yang memiliki orientasi kepada pengembangan aspek sosio-kultural dari kehidupan Islami melalui jalur non-politik, seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Dakwah Islam dilakukan secara damai, di antaranya melalui pengembangan pendidikan seperti pondok pesantren.

Pondok pesantren menjadi salah satu sumbangan penting Islam kultural di Indonesia yang kaya raya. Menjelang abad ke-12, pendidikan Islam seperti pondok pesantren sudah mulai bermunculan. Berikut penulis ungkapkan 5 pondok pesantren tertua di Indonesia berdasarkan tanggal berdirinya:

Pertama, Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu, Kebumen, Jawa Tengah. Ponpes ini didirikan oleh Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani dari Hadhramaut Yaman pada 1475 M. Ia adalah guru dari Sunan Kudus, Ja’far Shadiq. Ponpes ini terdeteksi sebagai ponpes tertua di Asia Tenggara, bahkan sebelum nama Kebumen ditetapkan.

Di dalam ponpes ini, terdapat prasasti kuno dari batu Zamrud Siberia (Emerald Fuchsite) yang berbobot 90 kg. Prasasti tersebut tersimpan di dalam Masjid Ponpes. Prasasti yang berisi kandungan unsur kimia berupa Al, Cr, H, K, O, dan Si tersebut bertuliskan rentetan huruf Jawa dan Arab. Di ponpes pun, menyimpan banyak kitab dan manuskrip kuno karya para leluhur Somalangu.

Kedua, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur pada tahun 1718 M. Ponpes ini didirikan oleh Sayyid Sulaiman yang merupakan keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban, dan ditandangani oleh Alm. KH. Noerhasan Nawawi, KH. Cholil Nawawie, dan KA. Sa’doellah Nawawie.

Awalnya, ponpes ini adalah hutan belantara yang tidak terjamah oleh manusia, sehingga kemudian dibabat selama 40 hari, dibersihkan, dan didirikanlah ponpes kecil yang semakin lama semakin berkembang.

Ponpes tersebut tidak terdapat pendidikan sekolah formal, namun tetap banyak menghasilkan lulusan yang mumpuni di bidang agama. Lulusan-lulusannya pun banyak yang menjadi penulis keagamaan di Indonesia.

Ketiga, Pondok Pesantren Jamsaren, Sarengan Solo, Jawa Tengah. Ponpes ini merupakan ponpes tertua di pulau Jawa. Ponpes ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV tahun 1750 dengan mendatangkan ulama bernama Kiai Jamsari dari Banyumas, Kiai Hasan Gabudan, dan lainnya.

Ponpes tersebut pernah vakum tahun 1830 karena operasi militer Belanda akibatnya kekalahan Belanda melawan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta. Karena kalah, Belanda menyerang pesantren-pesantren untuk menjebak Pangeran Diponegoro. Akibatnya Kiai Jamsari dan para santrinya pun pergi ke luar kota untuk menghindari serangan tersebut. Setelah 50 tahun, akhirnya ada seorang Kiai datang dari Klaten melanjutkan untuk mengurus ponpes, bahkan melengkapi dan memperluas ponpes dari masa sebelumnya.

Ponpes tersebut semakin berkembang dan menawarkan alternatif baru dalam sistem pendidikannya. Santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga belajar ilmu pengetahuan umum di sekolah formal seperti halnya sekolah-sekolah lainnya.

Keempat, Pondok Pesantren Buntet Cirebon, Jawa Barat. Ponpes ini didirikan oleh mufti Keraton Cirebon, Kiai Muqayim, tahun 1758 yang tidak mau kompromi dengan Belanda. Ia lebih memilih membaiatkan diri untuk pesantren daripada tinggal di dalam istana yang penuh kemewahan.

Para santri di sana tidak hanya belajar agama, tetapi juga belajar ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan alam di sekolah formal. Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan Tinggi yang bernama Akademi Perawat Buntet Pesantren. Pada tanggal 13 April lalu, presiden Joko Widodo berkunjung ke ponpes untuk meletakkan batu pertama pembangunan ponpes. BUMN pun memberikan bantuan senilai Rp 6,5 miliar untuk pembangunan tersebut.

Kelima, Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura, Jawa Timur. Ponpes ini didirikan oleh Kiai Itsbat bin Ishaq tahun 1787. Ponpes tersebut bermula dari sebuah langgar atau musholla kecil yang aktif dengan pengajian keagamaan.

Awalnya bernama Banyuanyar yang dalam bahasa Jawa berarti air baru. Pada saat itu, Kiai Itsbat menemukan sumber mata air yang cukup besar. Sumber air tersebut tidak pernah surut meskipun di musim kemarau yang panjang akibat el nino. Kini sudah berkembang menjadi Darul Ulum Banyuanyar.

Pendidikan di ponpes tersebut pun telah berkembang ke ilmu pengetahuan umum dan alam, tidak hanya seputar keagamaan, sehingga ada sekolah formal mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Kejuruan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

7 + twenty =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.