1001indonesia.net – Kebun Raya Bogor kini telah memasuki usia 200 tahun. Tak dinyana, ruang terbuka hijau yang berawal dari sebuah kebun botani di belakang rumah dinas gubernur jenderal Belanda ini kini telah menjadi salah satu pusat konservasi tumbuhan terbesar di Asia Tenggara. Keberadaannya semakin penting bagi masyarakat yang membutuhkan segarnya udara di tengah pekatnya polusi udara perkotaan.
Kebun Raya Bogor merupakan ikon kota Bogor. Kebun raya ini menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Tempat ini ibarat oase di tengah terbatasnya ruang terbuka hijau masyarakat perkotaan. Letaknya yang tak jauh dari Jakarta dan mudahnya akses transportasi menuju ke sana membuat masyarakat ibu kota kerap datang mengunjungi kebun ini.
Kebun raya memiliki banyak fungsi sekaligus, yaitu sebagai konservasi, paru-paru kota, penghambat aliran air permukaan, penyedia air bersih, pendidikan lingkungan, hingga meningkatkan perekonomian warga sekitar dengan banyaknya kunjungan wisatawan. Karena itu, keberadaannya perlu dijaga dan dikembangkan.
Konservasi
Kebun yang dibangun atas inisiatif ahli botani Jerman, Caspar Georg Carl Reinwardt, ini telah memasuki usia 200 tahun pada Kamis, 18 Mei 2017. Bagi peneliti, Kebun Raya Bogor menyimpan harta karun yang sangat berharga karena koleksinya yang sangat beragam. Sejak berdiri pada 1817, Kebun Raya Bogor menjadi pusat penelitian dan pusat konservasi tumbuhan terbesar di Indonesia. Jasanya sangat besar dalam pengembangan dan pelestarian flora di Indonesia.
Kebun Raya Bogor merupakan tempat di mana komoditas andalan Indonesia kini, seperti kelapa sawit, karet, teh, kina, dan vanili, pertama kali dikenalkan. Di tempat ini pula, Hans Fitting dan Boysen Jensen menemukan auksin yang merupakan hormon pertumbuhan tanaman. Penemuan hormon ini mendorong perkembangan pertanian di seluruh dunia.
Di kebun raya ini sejumlah tumbuhan langka berhasil dikembangbiakkan, seperti bunga bangkai (Amorphophallus titanum) dan Rafflesia patma asal Jawa Barat. Kebun Raya Bogor tercatat sebagai satu-satunya kebun raya yang berhasil membudidayakan Rafflesia patma di luar habitat aslinya. Peneliti Sofi Mursidawati bersama timnya adalah orang yang pertama kali berhasil membiakkan bunga berbau bangkai itu. Keberhasilan itu luar biasa mengingat sulitnya menyerbukkan bunga raflesia ini.
Selain itu, kebun raya di belakang Istana Bogor ini menyimpan koleksi anggrek raksasa atau anggrek harimau (Grammatophylum speciosum). Anggrek ini tercatat dalam Guinness Book of Record sebagai yang tertinggi di dunia. Tingginya bisa mencapai 7,5 meter. Di tempat ini juga hidup pohon leci (Litchi chinensis) tua yang umurnya sudah 194 tahun. Konon, pohon itu didatangkan dari China pada masa Belanda.
Kebun Raya Bogor terus mengembangkan dan memperbanyak koleksinya. Kini, kebun raya seluas 87 hektare ini mempunyai lebih dari 12.531 spesimen tumbuhan yang dikelompokkan dalam 3.228 jenis, 1.210 marga, dan 214 suku.
Kebun Raya Bogor juga berjasa dengan menjadi induk bagi pengembangan kebun raya daerah di Indonesia. Kekayaan koleksi yang dimilikinya menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kebun raya paling berpengaruh di Asia Tenggara.
Kini Kebun Raya Bogor tidak hanya menjadi tempat konservasi kekayaan vegetasi Nusantara maupun sebagai sarana untuk mengenalkan tumbuhan mancanegara untuk ditanam di Indonesia. Kebun Raya Bogor sudah berkembang sebagai ekowisata yang ramai dikunjungi. Tempat ini juga digunakan sebagian warga untuk beraktivitas di luar ruang.