Gugus Candi Borobudur, Kekayaan Simbolisme, Arsitektur, dan Seni Nusantara

5064
Candi Borobudur merupakan candi utama dari gugus Borobudur. Peninggalan Buddha tersebut diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Candi Borobudur merupakan candi utama dari gugus Borobudur. Peninggalan Buddha tersebut diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.

1001indonesia.net – Gugus Candi Borobudur, yang terdiri dari Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon mempunyai kualitas arsitektur, seni, dan simbolisme yang amat kaya dan bhineka. Pengakuan UNESCO turut memberikan penguatan atas kekayaan gugus ini.

Panel laman dari Candi Borobudur, mulai dari selasar 1 sampai dengan 7, memberikan gambaran mengenai nilai-nilai spiritual yang didalami oleh masyarakat Nusantara. Dibangun pada abad ke-8, candi ini juga menjadi bukti pertemuan peradaban Buddha-Hindu, termasuk juga pembentuk-pembentuk peradaban Nusantara.

Lebih jauh dari itu, gugus ini melingkupi gugus candi yang lebih luas, yang saat ini masih dalam pencermatan. Di bagian utara kawasan candi  terdapat Candi Gedong Songo, sementara di bagian selatan terdapat Candi Ngawen. Informasi tersebut menggambarkan bahwa gugus ini tidak hanya berfungsi pada ranah spiritual semata, melainkan juga sosial, arsitektur, teknologi tradisional, dan juga pencatatan sejarah (historical record).

Gugusan ini diperkirakan dibangun sekitar abad ke-9 Masehi, di zaman Dinasti Syailendra. Candi Borobudur disandingkan terutama dengan Candi Mendut dan Candi Pawon, dan juga dengan Candi Ngawen.

Candi Mendut mempunyai bangun yang impresif. Selain dari ciri konsentrisnya (ada lahan luar, selasar luar, dan bangunan sebagai intinya), candi ini memiliki patung Buddha duduk dengan ukuran raksasa. Patung ini amat-amat indah, dengan ukiran halus, ukuran proporsional manusia, dengan sikap tangan (mudra) Dharmacakra, yang bermakna memutar roda dharma.

Candi Pawon yang merujuk pada “dapur” atau “per-abu-an” pada pawon, ditafsirkan sebagai tempat tata-upacara perabuan.

Candi Borobudur sendiri adalah candi raksasa. Dengan ciri konsentrik atau mandala, Candi Borobudur mempunyai ciri lain, yaitu punden berundak (dengan kemiripan seperti piramid). Ciri ini mengingatkan tata-tingkatan hidup atau doa-bakti dalam masyarakat-masyarakat Nusantara.

Borobudur mempunyai relief di masing-masing tingkatannya. Dua di antaranya adalah relief Karmawibhangga berada di selasar bawah, yang kemudian ditutup selasar sebagai pondasi untuk memperkuat berdirinya candi.

Relief yang terkenal tentu saja Lalitavistara. Relief ini mengisahkan kehidupan Buddha sejak sebagai pangeran sampai mencapai boddhisattva.

Yang juga impresif adalah adanya stupa dengan patung Buddha seukuran manusia (life-size). Patung sejumlah 504 buah ini mempunyai sikap tangan (mudra) yang berbeda, yang masing menunjukkan simbol-simbol Buddha dalam spiritualitas Buddha.

Candi Ngawen berada tidak jauh dari lintasan ketiga candi di atas. Meski terdiri dari puing, bentuk-bentuk dasarnya tetap utuh. Pondasi asli candi terkubur di bawah, yang hal ini mengingatkan seringnya erupsi Gunung Merapi dalam lintasan sejarah di Jawa. Candi ini memiliki simbol-simbol Hindu-Buddha. Posisi asal diperkirakan melambangkan 5 Dhyani Buddha.

Gugus Candi Borobodur ini dinilai berhubungan dengan gugus Candi Prambanan. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah (berdasarkan prasasti) persaudaraan antardinasti. Hubungan ini juga dapat dilihat adanya beberapa simbol yang dipakai secara bersama di kedua gugus tersebut, misalya relief Kinara-Kinari, relief Kalpataru, stupa, singa penjaga, makara (yang juga dipakai sebagai pengalir air).(ed)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twelve + 20 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.