1001indonesia.net – Kuda menari menjadi tontonan yang unik dan menghibur di Sumedang. Pertunjukan helaran yang dinamakan Kuda Renggong ini sering kali menjadi bagian dari arak-arakan saat acara khitanan anak-anak Sumedang.
Kata renggong merupakan metatesis dari kata ronggeng yang berarti kamonesan (keterampilan) cara berjalan kuda yang dilatih menari mengikuti irama musik. Renggong juga berarti rereongan atau gotong royong.
Kesenian ini pertama kali muncul di Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, dan dikenal dengan sebutan kuda igel atau kuda menari. Seiring waktu, kesenian ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Kabupaten Sumedang.
Sombongan Kuda Renggong umumnya terdiri dari tiga sampai empat ekor kuda. Setiap kudanya dikendalikan oleh dua pawang.
Musik pengiring
Musik pengiringnya sederhana dan bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Biasanya alat musik pengiring terdiri atas gong, terompet, genjring kemprang, kendang, bedug, ketuk, dan kecrek.
Pada saat acara-acara yang lebih besar, seperti festival, musik pengiring Kuda Renggong bisa lengkap dengan penambahan alat-alat musik modern, seperti bass, gitar elektrik, terompet, simbal, drum, tamtam, keyboard organ, trombon, dan piston.
Kostum
Kostum yang dipakai oleh kuda dibedakan antara kostum kuda utama dan kostum kuda pendamping. Untuk acara khitanan, pengantin sunat biasanya mengenakan kostum Gatotkaca. Para pengiring musik pun mengenakan kostum khusus.
Kostum kuda utama seragam dengan warna dan motif pakaian pengantin sunat. Sebagai pembeda dengan kuda pedamping, kuda utama yang ditunggangi pengantin sunat menggunakan mahkota dan umbul-umbul dengan warna mencolok.
Kostum yang dipakai kuda pendamping disarankan tidak mengikuti kostum pengantin yang menungganginya, hanya saja warna yang digunakan disesuaikan dengan warna yang telah disepakati dengan keluarga yang melaksanakan hajatan. Kostum Kuda Renggong disediakan oleh kelompok pengiring musik.
Pertunjukan
Kuda Renggong menjadi bagian dari helaran atau arak-arakan. Kesenian ini menampilkan kamonesan (keterampilan) cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti hentakan musik khas tradisional Sunda yang disebut Kendang Pencak.
Selain menari, atraksi yang paling ditunggu adalah pertunjukan silat antara pawang dan kudanya. Ditampilkan gerakan seolah-olah kuda tersebut berkelahi dengan pawangnya. Gerakannya, dari mulai kuda berdiri dengan kedua kaki belakang sampai kuda tersebut rebahan di atas tanah.
Perkembangan saat ini
Kesenian kuda menari ini masih digemari masyarakat di wilayah Sumedang dan sekitarnya. Pertunjukannya pun mengalami perkembangan. Dulu, kesenian ini sangat sederhana, mulai dari iringan musik hingga ornamen yang dipakai. Kuda-kuda hanya dihias dengan kain samping. Penampilan silat oleh pawang dan kudanya juga belum ada.
Kini, pertunjukannya lebih menarik. Hal ini tampak dalam pilihan bentuk kuda (dipilih yang tegap, gagah, dan kuat), asesoris kuda, perlengkapan musik pengiring, kostum, atraksi yang ditampilkan, dan lain-lain. Dengan perkembangan tersebut pertunjukan menjadi semakin meriah.
Di Jalan Raya Bandung-Sumedang atau tepatnya di Pertigaan Samoja, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Sumedang Selatan, berdiri anggun Patung Kuda Renggong. Patung yang dibuat pada 1996 tersebut menjadi saksi eksistensi Kuda Renggong sebagai salah satu ikon kesenian Sumedang.
Baca juga: Sayyang Pattudu, Syukuran Khatam Al-Qur’an Masyarakat Mandar